36. Dear dompet Bang Al

9.3K 1.9K 983
                                    

Aldi tengah duduk diam sembari menatap foto putrinya di kamar saat Lira datang.

"Nanti kalau pesta ulang tahun Sonia udah beres, baru kamu boleh jemput dia, Mas." Lira duduk di pinggir ranjang sembari mengusap bahu suaminya. "Aku udah sebar undangan."

"Anak-anakku kamu undang semua?" tanya Aldi meletakkan foto Zoya di atas nakas.

Lira tersenyum lebar. "Tentu tapi gak semua, Zoya gak aku undang."

"Gimana bisa?" tanya Aldi langsung berdiri dari duduknya.

Lira ikut berdiri sembari menatap sang suami tak kalah tajam. "Ya kamu pikir, sifat dan sikap anak kamu itu kayak gimana. Kalau aku undang dia, pesta besar-besaran yang aku rancang percuma. Hancur tuh pasti dibuatnya."

Aldi kembali duduk di pinggir ranjang milik Zoya sembari menghela napas.

"Udahlah, Mas. Berhenti terlalu mikirin Zoya, dia aja gak pernah peduli dan mikirin kamu," kata Lira. Aldi diam saja. Dia mulai ... merindukan putrinya.

*

Selepas kepergian Elvano, suasana hati Aldric dan Zoya mulai membaik. Tetapi, tiba-tiba gadis yang masih duduk di kelas dua SMP itu berdiri sembari berkacak pinggang dan menatap tajam. "Jadi Bang Al yang udah nabrak aku terus kabur? Kalau dulu aku mati gimana? Abang tuh gak bakal punya adik yang bisa cantik dan menggemaskan lagi sepertiku!"

Aldric tentu bingung. Bukankah tadi di depan Kakak sulung mereka, Zoya tidak mempermasalahkannya lalu sekarang kenapa?

"Yang penting kan lo masih hidup kelinci tengil," balas Aldric jengkel.

"Tetap saja," ujar Zoya menggebu-gebu. "Abang harus tanggung jawab. Aku dirawat di rumah sakit waktu itu dan menghabiskan banyak biaya."

Jantung Aldric mulai berdetak kencang mendengar kalimat terakhir sang adik. "Te-rus?"

"Belanjain aku sepuasnya," titah Zoya tak mau dibantah. "Abang cuman boleh bilang Iya sama setiap permintaan aku."

Aldric menimang. Masih ada uang sisa balapan. Ia pikir dari pada kelinci satu ini terus cerewet, lebih baik ia menurut saja.

Akhirnya mereka pergi ke Mall. Zoya dengan gembira menunjuk baju yang terpakai di manekin.

Aldric menatap malas tetapi bola matanya seperti akan keluar saat melihat harga baju itu.

"2 juta," gumamnya. Terlebih, semua ATM dari sang ibu diblokir. Bisa langsung tekor dirinya.

Dia berdehem lalu dengan segera berbisik di telinga sang adik. "Gue denger dari mantan pacar gue, kalau kita belanja barang dan harganya lebih dari 1 juta di Mall ini, setan yang bersemayam di mall bakal datang ngunjungin kita."

Zoya mencebikkan bibir. "Ah masa? Gak percaya tuh."

Sialan. Aldric mengumpat. Kelinci satu ini sulit sekali dikibuli. Laki-laki itu nekat mengeluarkan ponsel dari kantung jaket.

"Kalau lo gak percaya, gue telpon nih mantan gue," seru Aldric menggebu-gebu.

Entah mengapa tiba-tiba bulu kuduk Zoya langsung berdiri. Melihat keseriusan Kakaknya membuatnya takut sendiri.

"Yaudah deh," pasrah gadis itu. "Kita cari yang di bawah jutaan aja, Bang."

Aldric merangkul semangat bahu adiknya sembari tersenyum licik. Namun, senyum itu hanya bertahan beberapa detik saat Zoya berkata,

"Aku mau beli sepatu, tas, beanie, topi, rok, baju, jaket, hoodie, sama selimut buat tidur di tempat nongkrong Abang. Kita cari satu-satu yang cocok sama aku ya, Bang," ujar anak itu seenak jidatnya.

REDUPWhere stories live. Discover now