Ayo meminta maaf dengan benar!!

6K 900 15
                                    

Paginya, Ariana pergi dari penginapan setelah menyelesaikan pembayaran. Paman itu sudah bekerja dan menjadi pelayan magang di sana. Ariana ingin menjelajahi tempat ini sebelum dia pergi. Rasa-rasanya ia masih belum jauh dari kerajaan Xomenoria. Sebelum dia pergi dari tanah kelahirannya ini, Ariana akan menikmati perjalanan semenyenangkan mungkin karena dahulu ia sama sekali tidak keluar mansion kecuali untuk menghadiri pesta minum teh ataupun undangan lainnya dan tentu saja kegiatan itu setelah dia memasuki usia dewasa.

Langkahnya mantap membeli satu jagung bakar dan permen di tangan kirinya. Ariana menuju lurus, sebisa mungkin ia ingin berhemat agar tidak kekurangan uang disaat-saat genting. Hutan lah menjadi andalan gadis kecil itu untuk memakan makanan tanpa membayar. Memang, alam memberikan semua yang kita butuhkan tanpa imbalan apapun.

Sebelah selatan desa ini merupakan pintu masuk hutan, juga salah satu rute tercepat untuk keluar desa. Dari yang Ariana dengar, penduduk desa banyak berbicara perihal banyaknya orang hilang di kawasan itu. Monster besar dan kecil hidup di hutan dan kerap kali memaksa masuk menyerang kawasan desa. Sekarang, benteng baru selesai di bangun, juga ada beberapa ksatria yang berjaga di sana membuat para warga desa itu tidak lagi risau.

Hari sudah siang, Ariana sudah puas melihat-lihat desa kecil padat penduduk itu, kakinya berjalan lurus hendak keluar dari desa, tapi sebelum itu langkahnya di cegat oleh seorang prajurit dengan tameng besi di lengannya.

Ariana merapatkan tudung di kepala.

"Anak kecil, kau tidak diperbolehkan keluar desa melewati jalur ini."

Ariana menurunkan pandangan, matanya melirik sebelah kiri tempatnya berdiri. Benteng besar itu terlihat kokoh berdiri dengan bagian atasnya ada beberapa orang membawa panah dan penyihir seperti bersiap untuk tempur. Apakah ini hutan tempat tinggal monster itu? Ariana berpikir bahwa ini adalah tempat yang dikatakan oleh Zavila. Sudut bibirnya terangkat, akhirnya ia bisa kesini!!

"Apakah ada sesuatu di sana?"

"Benar. Di sana banyak monster berkeliaran ada beberapa yang setingkat dengan penyihir level tinggi. Anak kecil sepertimu tidak diperbolehkan melihat ataupun melewatinya. Itu berbahaya!!"

"Bagaimana jika aku menginginkannya?"

Bibir prajurit itu berkedut. Ia melirik teman seperjuangan di sampingnya, berjarak empat meter. Prajurit lainnya menggeleng.

"Anak kecil, kau... tidak mungkin!! Hei lihat dirimu sendiri. Bahkan kau baru mencapai pinggang kami. Apa yang bisa kau lakukan dengan itu?" katanya meremehkan.

Ariana kesal.

"Baik-- baik aku mengerti."

"Bagus. Sana pergi dan kembali ke ibumu untuk minum susu!"

"Ya... aku pergi." Ariana mengangkat tangannya akan berbalik. Sepersekian detik kemudian kakinya meluncur melewati penjaga itu sambil tertawa lebar. "TAPI BOONG! AHAA~"

"Anak kecil sialan!!" Mereka berlari mengejar Ariana tapi, langkah anak itu semakin cepat dan ringan seperti daun kering yang tertiup angin. Mereka berdua kuwalahan, berhenti dengan terengah-engah.

"Bagaimana ini?"

"Hah... biarkan sajalah! Dia juga yang akan mati. Kita sudah memperingatkan sebelumnya." Penjaga itu berbalik sambil berbicara santai. Temannya mengikuti.

"Menurutmu, anak itu akan kembali selamat atau tidak."

Temannya mengangkat bahu, "Entahlah, selamat atau tidak itu bukan urusanku."

Mereka kembali berjaga di depan perbatasan.

Ariana menatap dari kejauhan. Kakinya bergoyang diatas pohon sambil terkikik. "Cih, penjaga bodoh yang pemalas!" katanya lalu pergi dari sana.

worthless daughterWhere stories live. Discover now