Berkunjung

5.2K 802 13
                                    

Akhir pekan sudah tiba. Seseorang sedang bergumul di kamarnya sambil memainkan rok yang dipakai. Anak itu melirik ke samping kanan dan kiri. Sekarang, tidak ada Mola. Pelayan itu belum kembali untuk bekerja dan Ariana tidak tau apakah dia masih bekerja sebagai pelayan atau tidak.

Alih-alih bermain, para pelayan baru itu hanya akan datang jika Ariana menggoyangkan lonceng di atas meja. Gadis bersurai merah muda itu terlalu kaku jika bermain dengan pelayan-pelayan baru yang dikirim oleh duke. Sedangkan pria itu sudah pergi kemarin untuk melanjutkan tugasnya di hutan terlarang dan mengintrogasi penyihir aneh yang saat itu tertangkap.

"Kamu tidak boleh pergi keluar untuk sementara. Tubuhmu belum pulih sepenuhnya."

Perkataan duke kemarin mulai melintas di ingatannya. Bagaimanapun, jika ia menerobos keluar pasti ada penjaga yang akan mencegah dan melarang dirinya untuk pergi walaupun hanya keluar kamar. Ariana rasa seperti sedang di penjara. Duke juga sudah memasang sihir di sekitar jadi, tidak mungkin jika dirinya pergi menggunakan teleportasi.

Crack... tok..tok..

Suara dari jendela memasuki indra pendengarannya. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang pria kecil di luar sana. Mata bulatnya terbuka lebar, tubuh kecil Ariana berbalik dan mulai berjalan cepat.

"Tolong buka pintunya!" Pria itu menyentuh bagian luar jendela dan bergumam, membuat jendela berembun karena nafasnya.

"Sedang apa kau?" Ariana bertanya alih-alih menurut untuk membuka jendela.

"Ada sesuatu yang harus kuberikan." katanya.

Gadis kecil itu mulai membuka jendela. Dengan cepat mulutnya bergerak mengucapkan beberapa kata. "Bagaimana kau tau kamar baruku?"

Willos turun dengan melompat membuat rambut tebal miliknya melambai. Anak kecil itu berpakaian cukup kasual dengan sepatu berwarna hitam dan celana pendek selutut, seperti anak bangsawan. "Aku mengikuti beberapa karyawan dengan diam-diam." katanya mulai mendudukkan diri di kasur empuk milik gadis kecil itu. Tangannya bergerak kedepan mengulurkan sesuatu setelah berkata, "Kau meninggalkan ini. Aku tidak membuka atau mencuri apapun."

Ariana mengencangkan ikatan rambut sebelum menatap pria kecil di depannya dengan tajam.

"Sungguh! Aku tidak berbohong." katanya melanjutkan.

Gadis itu menerima dua buah buku dan tas kecil berbentuk beruang. Uang koin hasil menjual perhiasan kecilnya masih tersimpan rapih di sana. Itu tersisa banyak karena jarang digunakan. Matanya bergerak menyimpan tas itu di tempat tersembunyi.

"Kau... tidak apa-apa?" Willos bertanya, melihat pergerakan gadis itu.

"Memangnya ada apa?" katanya acuh.

Pria itu menggeleng pelan. "Buku itu memberi sinyal kepadaku saat kau dalam bahaya. Kemarin aku mendapatkan kodenya dan langsung menuju tempat buku itu berada. Tapi yang kudapat hanya ada dua buku dan tas kecil di hutan sedangkan pemiliknya tidak ada."

Willos mengusap rambutnya sebentar sebelum melanjutkan, "Lalu, kenapa kau pergi dari kediaman duke?"

"Apa urusanmu?" Pria itu mendengus keras mendengar jawaban tidak enak dari pemilik kamar ini.

"Ayahmu mencari kemana-mana kau tau? Sampai-sampai dia mendatangi toko buku kesayanganku. Wajahnya terlihat tegang dan aku khawatir untuk satu hal."

Gadis itu mengangguk tidak memberikan jawaban lebih lanjut. Tiga detik setelahnya ia membuka mulut, "Apa kau tidak malu duduk di ranjang seorang perempuan?"

"Apa masalahnya? Lagipula kau masih anak-anak." katanya mengangkat sudut bibir.

Ariana mencibir dengan keras. "Tua bangka bermuka tebal."

worthless daughterWhere stories live. Discover now