#6 - Tuduhan

13 3 0
                                    

"Lebih baik tak terlihat namun selalu ada, daripada terlihat namun dianggap tiada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lebih baik tak terlihat namun selalu ada, daripada terlihat namun dianggap tiada."

--000--

Kanina yakin hukum tabur tuai nyata adanya dan takkan berhenti bekerja. Bahwa siapapun yang menabur angin akan menuai badai, dan siapapun yang menabur dengan cucuran air mata akan menuai dengan sorak sorai. Begitulah pandangan Kanina yang hingga kini ia pegang teguh. Hanya saja, ia sering mendapati orang jahat yang masih diberi kesempatan hidup dan orang baik sering mendapat perlakuan buruk.

"Kenapa sih orang model Grace nggak ada nyeselnya gangguin hidup orang, kenapa dia nggak kena karma gitu biar dia tobat?"

"Pembalasan datang di waktu yang tepat menurut Tuhan, walau seringkali terlambat di mata manusia, Na."

Nathan membiarkan Kanina mendekapnya erat hingga cairan bening gadis itu membasahi seragamnya. Suasana sekeliling sepi tak menyisakan siapapun kecuali keduanya. Selama hampir tiga tahun berteman, baru kali ini raganya didekap oleh teman yang ia sukai.
"Andai lo tahu perasaan gue ketika lo peluk gue, Na. Tapi gue nggak bisa ngungkapin sesuatu yang gue sendiri sudah tahu jawabannya."

"Kalau lo mau pergi, pergi saja, Nat. Nggak apa-apa. Gue juga nggak maksa lo buat percaya sama gue."

"Na, gue ini percaya sama lo."

"Padahal gue ini banyak salahnya ke elo."

"Sebesar apapun kesalahan lo, dan sesering apapun lo nyakitin gue, nggak akan bikin gue benci sama lo, Na."

Betapa sejuknya hati Kanina ketika mendengar perkataan Nathan. Terasa meneduhkan. Air mata yang tadinya mengalir serupa hujan seketika berhenti.

"Astaga, Nat. Seragam lo ba-basah. Gi-gimana kalau gue ambil gombal, biar seragam lo kering. Duh sial ngapain juga gue pakai acara tangis-tangisan," gugup Kanina tertunduk malu, lalu mencari gombal di sekelilingnya.

Nathan segera meraih tangan Kanina. "Nggak usah, gue bisa keringin baju gue sendiri pakai hair dryer."

Kanina tak bisa menahan senyumnya. Ia tahu niat Nathan adalah menghentikan kesedihannya. "Sejak pagi gue nggak mau dateng ke sekolah. Tapi di rumah, orang tua gue sering ribut, Nat. Nggak ada tempat yang bener-bener bisa memberi kenyamanan, Nat."

"Yang bisa bikin bahagia itu diri lo sendiri, Na. Dimanapun lo berada, kemanapun lo pergi, kalau lo nggak merasa bahagia, berarti jalan pulangnya adalah lo sendiri."

"Gue mau pulang," kata Kanina. Ia sudah menuntaskan tangisannya.

"Apa perlu gue anter? Biar lo nggak capek," tawar Nathan menampilkan lengkung di bibirnya.

Nathan & Kanina [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang