»BAGIAN TUJU BELAS«

5 3 0
                                    

"kukira kuya ternyata koyo, kukira kaya ternyata open BO" Tutur Ola berpantun dengan sedikit gelengan kepala.

"Sialan lo pada! " Bentak Karisa lalu mereka pun tertawa.

Mereka pun akhirnya pergi menuju ke dalam kelas mereka, karna sebentar lagi bell masuk pelajaran pertama akan segera di bunyikan.

 
                                           °°°°°°

Selepas pergi dari hadapan Fayyola, Rafka pun pergi menuju arah kiri dengan tampan datarnya.

Bukan... Bukan arah kelasnya melainkan ke arah rooftop untuk menemui sahabat-sahabatnya yang akan membolos jam pelajaran.

Rafka pun mulai membuka pintu rooftop dengan kunci cadangan di tangannya, saat pintu rooftop terbuka semua yang ada di sana menoleh ke arah pintu yang terbuka.

"Anjing kirain gua siapa" Umpat Brian saat melihat Rafka muncul di balik pintu dan menutupnya kembali tak lupa menguncinya agar tidak ada guru yang masuk.

"Loh ko ada di sini?" Ujar Fathan bingung pasalnya kemarin malam Rafka bilang di grup whatsapp bahwa dia tidak akan masuk sekolah karna di kurung oleh bundanya.

"Heem katanya lo gabisa keluar rumah karna di kurung" Timpal David

"Jelasin Bri" Ucap Rafka kepada Brianlalu mulai menyalakan rokoknya

Kenapa? Kenapa harus Brian?

Karna Brian lah yang tau semuanya.

"Oke gue bakal jelasin ke kalian" Ujar Brian lalu menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya melalui belakang

prett...

"Anjing!"

"Setan! "

"Bangsat Brian!"

Umpatan demi umpatan mereka keluarkan untuk Brian yang membuang gasnya sembarangan, Brian pun hanya menyengir tak berdosa.

"Lo di suruh cerita monyet bukan di suru kentut! Udahlah oksigen di muka bumi tercemar langsung" Ujar Jonathan sambil menjitak kepala Brian.

"Yaallah ibu bapak tolong Fathan, Fathan abis menghirup baunya kematian, jangan cabut nyawa Fathan yaallah, fathan belum siap Fathan belum nikah belum malam pertama Fathan masih perjaka" Kata Fathan dramatis membuat David di sebelahnya langsung memukul kepala Fathan.

"Aww sakit sekali everybody" Lanjut Fathan sambil Mengusap-usap kepalanya

"Udah gatahan gue pengen kentut dari tadi" Ucap Briam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Gue si gamasalah ya Bri mau lo kentut sekarang ke, nanti ke yang penting tolong itu baunya kondisikan, lu tadi makan apaan si?" Tanya Alzidan sedikit emosi

"Telur dadar sama nasi goreng" Jawab Brian polos

"Tahan gue Than tahan!"gerutu David sambil memegang tangan Fathan seolah-olah dia akan menyerang Brian namun di tahan oleh Fathan.

"Kentut lo gak aesthetic,besar tapi bau mening kaya Fathan kecil tapi gak bau"celetuk Jonathan

"Apaan ko gue" Ujar Fathan tidak terima lalu menatap Jonathan dengan tajam

"Udah sekarang mening cerita kenapa Rafka bisa sekolah"Tutur Alzidan karna sudah penasaran

" Jadi... Rafka cuman ngeprank kalian doang, yakali tante Adinda tega ngunciin anak kesayangannya ini di dalam kamar sendirian" Ucap Brian sambil menepuk-nepuk pundak Rafka

"What! Jadi yang semalem lo chat di grup itu boongan?" Tanya David sambil membuka kedua bola matanya lebar-lebar. Ntar copot nangis lo

"Kerjaan si Brian" Jawab Rafka enteng lalu mulai membuka kaleng soda yang ada di meja, ya memang di atas Rooftop ada meja yg mereka ambil di gudang dan di khusus kan untuk mereka menaruh makanan atau minuman.

"Sialan lo Bri" Cibir Alzidan lalu melemparkan kaleng kosong tepat mengenai jidat Brian

"Terus lo ngapain ke sini Raf? " Kini giliran Arsenal yang bertanya

"Ke ruangan si seni"

Taukan siapa yang di maksud Rafka?

"Ngapain lo? Ouh gue tau pasti minta jatah hukuman kan? Eh Ngomong-ngomong soal hukuman, bukannya kemarin lo di hukum ya Jo? Kenapa sekarang masih di sini njir, bukannya kerjain hukuman lo nanti kena amuk lagi nangis" Tutur David

"Gampang itumah bell masuk nanti gue selesain hukuman gue"

"Kenapa lo Than?" Tanya Brian ke Fathan karna dari tadi semenjak Brian abis kentut dia jadi pendiam dan bengong

"Jangan bilang lo keracunan kentut si Brian? Atau lo kerasukan kentut nya si Brian? Astagfirullah Than nyebut Than nyebut" Celetuk Jonathan sambil menggoyangkan tubuh Fathan

"Kangen Lula"

Ucapan Fathan barusan membuat semua yang ada di rooftop langsung terdiam, muka mereka tiba-tiba mendadak menjadi sendu seolah-olah mereka kehilangan separuh jiwanya

"Gue juga, biasa kalo kita kumpul gini lula selalu datang dan recokin kita semua tapi sekarang dia udah jarang muncul lagi di tengah-tengah kita"

"Lo gak cari keberadaan Lula lagi Raf? Siapa tau gitu ada tanda-tanda" Celetuk Arsenal yang sedaritadi terdiam

"Gue selalu cari dia, sampai orang kepercayaan Ayah gue pun ikut nyari, tapi hasilnya gak ada" Ucap Rafka sambil membuang nafasnya kasar

Lula adalah sosok gadis yang ceria dan selalu ramah kepada orang, mangkanya tak salah jika inti dari iron heart menyukai gadis tersebut, gadis yang selalu menempel kepada Rafka dimanapun Rafka berada.

Mereka selalu menjodohkan Rafka dengan Lula semua anak sman Bajhol pun mengira bahwa mereka memiliki hubungan yang serius dari sekedar teman, namun berita tersebut tidak berlangsung lama karna tiba-tiba Lula si gadis cerita di nyatakan hilang.

Semua yang mendengar kabar tersebut merasa sedih dan kehilangan, semua orang turut ikut dalam pencarian Lula namun sampai saat ini gadis tersebut belum di temukan titik keberadaannya.

"Cabut yuk bell masuk udah bunyi tuh" Ajak David mengalihkan pembicaraan kepada teman-temannya untuk pergi meninggalkan rooftop tersebut.

"Tumben lo ngajak masuk kelas biasanya kocar kacir nyari tempat buat bolos" Ujar Alzidan

"Gue mau jadi anak teladan, karna kemarin gue di marahin sama emak gue dari A sampai Z, jadi hari ini gue mau berbakti kepada emak gue"

"Gayalo mau jadi anak teladan, abis istirahat juga pergi ke warung bi Eem"

"Yuk cabut,jangan ada yang bolos!" Kini giliran Rafka yang mengajak teman-temannya untuk pergi, hall tersebut langsung di turuti oleh mereka semua.

Mereka tidak akan bisa membantah ucapan sangat ketua, jika membantah mereka akan tau akibatnya.

                                           °°°°°°

Terimakasih telah mampir di cerita ini,jangan lupa  VOTEMANT❣

⤵🌟

RAFKA [REVISI]Where stories live. Discover now