36. Renggang

490 80 29
                                    

Beberapa hari semejak kejadian Dokja meminta nomor wanita barbie dan curhat itu....

Dokja tak tahu apa yang terjadi dan apa yang telah ia perbuat.

Joonghyuk yang dingin, semakin tak tersentuh.

Sehari setelah ia curhat dan mengatakan itu secara tak sengaja, Joonghyuk yang pendiam, semakin pendiam. Walau ia masih sering menyiapkan makanan, ia lebih sering pergi. Selesai makan dan mencuci alat bekas makan, ia akan segera kembali ke kamar. Di malam hari, dia bisa keluar dari rumah sesuka hatinya. Tak pernah berpamitan ataupun mengajaknya. Biasanya, Joonghyuk akan mengajaknya kemanapun ia pergi. Namun akhir-akhir ini, Dokja jarang berdekatan dengan Joonghyuk.

Bahkan, ia selalu ditinggal ke kantor atau bahkan Joonghyuk sengaja berangkat lebih lambat darinya.

Joonghyuk menghindarinya.

Dokja merasa tak enak. Ada apa dengan si Bocah Brengsek dan Menyebalkan itu? Dokja lebih suka jika Joonghyuk membuatnya kesal seharian, mengejek nya atau apa, daripada mendiami nya selama ini! Ia tidak tahan!

"Hoi, ada apa antara kamu dan si Pria Menyebalkan itu?"

Sooyoung muncul dengan semangkuk kripik kentang di pelukan nya, duduk di samping Dokja yang menonton tv, namun tak menonton dan nampak tak memiliki keinginan untuk melihat acara yang tengah di tayangkan di tv.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu" jawab Dokja sembari menyomot keripik kentang Sooyoung. Sooyoung mendelik kesal, namun akhirnya hanya bisa pasrah membiarkan Dokja melakukan apapun sesuai keinginan nya.

Bagaimanapun, ia merasa bahwa ada masalah diantara Dokja dan Joonghyuk. Sebagai teman yang baik, ia ingin menjadi penengah dan membuat mereka berdua berbaikan kembali. Namun, ia tidak tahu tentang permasalahan mereka berdua. Dan juga....

Ia tidak mau malah membuat semuanya menjadi kacau. Bagaimanapun, ia memiliki 'batas' nya sendiri. Ia tidak bisa begitu saja masuk dan ikut campur. Disatu sisi ia merasa bahwa itu sudah menjadi urusan nya dan sudah seharusnya menjadi penengah untuk mendamaikan mereka berdua. Namun, di satu sisi, ia merasa bahwa itu bukan urusan nya untuk ikut campur. Ia tidak berhak mengambil langkah atau apapun tanpa mempertimbangkan semuanya. Lebih baik jika mereka menyelesaikan sendiri permasalahan mereka berdua.

Jadi ia memilih jalan tengah saja.

Ia masih akan membiarkan nya saat ini, membiarkan mereka menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Namun, jika dirasa tak ada kemajuan atau bahkan malah menjadi 'keterlaluan' ia akan turun tangan dan membantu menyelesaikan masalah atau membuat keduanya saling mengatakan apa yang dirasakan dan jalan seperti apa yang diinginkan untuk menyelesaikan permasalahan diantara mereka berdua.

"Kamu tahu dimana si Bocah Brengsek itu?" tanya Dokja, karena ia tak melihat Joonghyuk muncul walau makan malam sudah lewat. Memang, malam ini mereka makan masakan Sooyoung. "Dia masih diam di kamar, enggan keluar. Aku kan baru saja menyiapkan dan mengantarkan makan malam untuknya. Katanya dia sibuk karena ada projek di kantor yang sedang ia persiapkan" jawa Sooyoung sembari mengedikkan bahu nya.

Dokja terdiam.

Dengan kebiasaan Joonghyuk, tak biasanya ia membawa 'urusan' kantor ke rumah. Urusan kantor ya, di kantor. Bukan di rumah. Namun...

'Ugh, ada apa dengan nya?!'

📚📚

Joonghyuk memijit dahi nya pelan. Alis tebal nya mengernyit seakan ia sedang kesakitan. Mata tajam nya tertuju kearah jam digital. Disana, sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih. Ia menghela napas lelah.

Akhir-akhir ini pikiran nya terganggu.

Semenjak Dokja mengatakan isi hati nya, membuat Joonghyuk tak bisa berhenti memikirkan kata-kata Dokja. Itu begitu mengganggunya. Sering kali merusak konsentrasi nya dan bahkan membuatnya kesulitan tidur akhir-akhir ini. Joonghyuk sebisa mungkin profesional dengan pekerjaan nya. Walau nampak stabil, itu tidak sama sekali!

All About Us (ORV Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang