Prolog

31 8 3
                                    


Seorang gadis cantik berjalan seorang diri di tengah gelapnya malam. Matanya melirik takut-takut, kondisi jalanan cukup sepi malam ini. Mungkin karena sedang mendung. Oleh karena itu, jalanan sepi.

"Ish! Ini jalanan atau kuburan sih?!" gerutu gadis cantik dengan rambut sebahu.

Ia dengan sengaja menendang batu-batu kerikil yang ia lewati. Mulutnya tak berhenti menggerutu kesal.

"Sial, gara-gara tugas dosen killer jadi gini 'kan. Mana gak ada angkot," keluhnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30, tapi baru kali ini kota Jakarta sepi. Biasanya hingga larut malam pun akan ada kendaraan yang melintas. Tanpa disengaja gadis itu menangkap siluet seorang pria yang tengah dihajar. Dirinya berhenti sejenak, ia menatap lekat tiga orang yang tengah menghajar seorang pria berjas. Dapat ia tebak pria itu tengah dirampok.

Dengan kejahilan tingkat tinggi yang ia miliki, gadis itu memutar suara tangis wanita. Hal itu tentu membuat keempat pria itu lari tunggang langgang, ia terbahak melihat reaksi mereka.

"Bhawahahaha ... mainnya keroyokan, tapi sama suara tangis takut," tuturnya puas.

"Sevanya dilawan hihihi ...,"

◎◎◎

-Bab ini ditulis oleh Anna-

Garis Takdir Sevanya Where stories live. Discover now