5 | Tugas

27 1 0
                                    

Rakan mengetuk-ngetuk pintu rumah Kaled. Sudah 5 menit Rakan mengetuk, tapi tidak kunjung di bukakan pintu itu.

"Astaga kemana sih nih anak" ocehnya.

"Kaled..." teriaknya dari depan pintu.

Pintu terbuka, tapi bukan milik Kaled. Melainkan milik Heesan. "Ngapain lo magrib-magrib?" tanya Heesan yang melihat Rakan tengah berdiri di depan pintu Kaled dengan membawa tumpukan kertas.

"Mau ngerjain tugas," Rakan tertawa kecil.

Mendengar jawaban Rakan, Heesan memakai sendal dan nyamperin Rakan kerumah Kaled, yang berjarak hanya beberapa langkah.

"Lo biasa nongkrong juga, tinggal masuk aja sih" Heesan membukakan pintu rumah Kaled.

Memang tidak di kunci.

"Ngasal lo bang, ya kali gue ga ada sopanya. Nanti ada Bundanya aja."

"Emang lo sopan?" sarkasnya.

"Berengsek."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah Kaled, sepi sekali. Mungkin saat ini Kaled sedang mandi, karna baru pulang sekolah.

Memang biasanya jam segini Kaled mandi. Jadi mungkin saja kalau Kaled tidak dengar.

"Kaled nya mana dah?" tanya Rakan yang sudah duduk di ruang tengah.

"Mandi, tadi gue liat dia baru balik. Di anter cowo cuy"

Rakan terdiam sejenak, "Emang iya?"

"Masa iya Kaled sama Jay udah ketemu?" Pertanyaan itu muncul dalam benak Rakan.

"Iya pake Vesmet Abu-abu" Rakan kembali terdiam,

"Perasaan vesmet Jay warna putih deh." ujarnya dalam hati.

Pintu kamar Kaled ke buka, "Woi ngapain lo pada?" teriak Kaled yang kaget melihat ada tamu tak di undang sedang duduk di ruang tamu.

"Biasa tugas" Rakan menyeringai.

Rakan memang kalau mengerjakan tugas selalu dengan Kaled. Tidak satu saja, semua mata pelajaran nya.

Pemalas emang, atau memang bodoh ya?

"Kerjain sendiri kek lo, dah gede masa gabisa mikir" celetuk Kaled. Kaled berjalan menuju ruang tengah dengan rambut yang basah dan tangan kanan di isi oleh sisir rambut.

Tubuhnya sudah terbalut dengan piyama berwarna biru muda bergambar doraemon.

"Lo kaya ga tau Rakan aja, Kal." celetuk Heesan yang saat ini sedang menyemil makanan yang tergeletak di atas meja ruang tengahnya. Memang biasanya selalu ada cemilan disana, memang di sediakan untuk tamu. Tapi, kalau tamunya mereka-mereka terus sih, bisa tekor bundanya Kaled.

Memang Kaled pintar, bisa di bilang sangat pintar. Bahkan beberapa kali Kaled menang lomba olimpiade Matematika dan IPA. Walaupun kadang suka stres kalau pelajaran sedang berlangsung, tapi otak Kaled lumayan bekerja dengan baik.

Kaled duduk, melihat beberapa kertas yang lumayan tebalnya, "Kok kertas dah? Bukan buku? Kaya ulangan?" tanya Kaled bingung melihat beberapa kertas itu.

"Ini kertas ulangan, gue kemaren cabut pas ulangan." Mendengar ucapan Rakan, Kaled hanya bisa menggelengkan kepala.

"Mau sampe kapan lo kaya gitu, Kan? Udah kelas 11 juga lo" Kaled mengambil kertas yang tergeletak di lantai dan membacanya. Setelah Kaled baca, ternyata ada beberapa soal yang pernah Milan pelajari.

"Bunda sama Ayah lo mana, Kal?" Heesan merasa tidak ada kehadiran Bunda nya Kaled. Karna rumah ini sangat sepi. Kalau memang ada Bundanya, pasti yang bukain pintu tadi Bunda nya Kal.

"Biasa lah, ke luar kota."

Dalam sebulan memang bisa ke hitung jari Bunda dan Ayah nya Kaled memang jarang ada di rumah. Mereka selalu sibuk dengan urusan bisnisnya masing-masing.

"Lagi? Sendiri dong lo?" tanya Heesan.

"Iya lah, sama siapa lagi"

"Bang Teha?"

"Kayanya dia keluar dah pas Bunda tadi berangkat. Engga tau gue dia kemana. Kesempatan dia kalo bonyok juga ga di rumah."

Bang Teha itu kakak kandung nya Kaled. Beda 3 tahun dengan Kaled. Memang juga jarang di rumah. Makanya rumah Kaled sering sekali di jadiin tempat main Heesan dan yang lain nya karna untuk menemani Kaled yang sering sendiri.

"Yaudah gue temenin disini sama anak-anak" usul Heesan.

Kaled menengok sekilas ke Heesan, dan meletakan lembaran kertas yang ada di tangan nya. "Ya gue si ga masalah ya, tapi kan lo pada besok sekolah emang gapa-"

"Bawel, udah nanti pada disini biar rumah lo ga sepi, iya kan, Rak?"

Rakan mengangguk.

****

Sudah 2 jam Kaled berkutik dengan kertas-kertas yang berada di depan nya. Entah masih ada 2 lembar kertas yang belum di jawab. Banyak banget emang.

Karna tidak hanya kertas ulangan yang di bawa Rakan saja, tadi juga Rakan sempat pulang lagi mengambil beberapa kertas yang masih ada di rumahnya.

Fix Kaled sedang di kerjai.

Saat ini Rumah Kaled sudah ramai dengan teman-teman rumahnya yang biasa. Ada Naufal, Niki, Suno yang baru datang 1 jam yang lalu.

Dan sialnya, mereka juga membawa beberapa tugas mereka.

Sekarang sudah seperti perkumpulan anak rajin yang sedang mengejar deadline.

"Tugas lo ngapa pada banyak-banyak amat sih?" Oceh Kaled yang sudah capek mengerjakan tugas yang tak kunjung selesai.

"Ya gini dah, Kal. Omelin aja gurunya." Naufal sibuk menulis sembari memakan cemilan yang ada di sampingnya.

Kaled menatap mereka sinis, "Lo sini gue omelin. Pasti lo pada ga pernah ngerjain tugas kan?! Emang pada nakal lo!"

"Nakal wajar, Kal" kali ini Rakan yang menjawab.

"Ya nakal lo tapi ga wajar anjrit!"

"Loh siapa bilang? Buktinya gue masuk 3 besar, mau ngemeng apa lo?" dengan bangganya Rakan melawan ucapan Kaled dengan lidah yang menjulur keluar.

"Ya karna tugas lo gue kerjain aja, coba kaga, ancur nilai lo."

Mendengar Kaled udah ngomel-ngomel semua langsung memiringkan handphone nya, "tuh kan ngapain tuh pada maen game,"

"Bentar Kal, istirahat dulu" Niki yang sudah melepaskan bukunya dari tangannya dan beralih memegang ponselnya.

"Tau lo, lo aja cape kan" tambah Suno.

Sejujurnya memang cape, tapi kalo pada maen game yang ada engga akan selesai.

"Lo mau kemana?" tanya Kaled melihat Rakan yang berjalan keluar.

"Cari angi-"

Belum selesai Rakan menyelesaikan omongan nya, Kaled langsung berdiri, "Ikut..."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐭𝐡𝐨𝐮𝐠𝐡𝐭 || 𝐩𝐚𝐫𝐤 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧 • 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍 •Where stories live. Discover now