✧ Kepingan Masa Lalu 5 ; The Lost Universe.

1.5K 247 127
                                    

Mengapa pundak sekecil itu harus menanggung beban sebesar ini?

***

Kasa itu anak baik. Setidaknya jika masih kurang baik, maka ia akan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya.

Kasa itu penyayang, meski sedikit manjaㅡpada abangnya, namun ia bukanlah pribadi yang mudah iri, sebagaimana sifat lumrah yang biasanya ada dalam benak anak kecil. Tidak, Kasa sedikit berbeda. Tumbuh dengan berbagai ketimpanganㅡterutama dalam hal kasih sayang yang mama berikan membuat Kasa kelewat kebal dengan kata iri.

Memangnya, iri itu seperti apa sih?

Kasa tidak iri manakala mama mengecup sayang puncak kepala abang saat abang berulang tahun, namun tidak dengan puncak kepalanya saat ia ulang tahun.

Kasa tidak iri manakala senyum mama merekah sempurna menyaksikan abang juara kelas, namun senyum itu tak terukir untuknya saat ia juga menjadi juara kelas.

Kasa tidak iri manakala mama memeluk abang semalaman saat sakit, namun pelukan yang sama tak mendekap tubuhnya saat sakit.

Kasa juga tidak iri manakala mama mengusap lembut surai abang sebelum tidur, namun usapan yang sama tidak pernah ia dapatkan.

Kasa tidak iri, sungguh. Itu hanya beberapa contoh kecil dari sekian banyak hal yang terlihat timpang antara dirinya dan abang. Karena sejatinya, papa dan abang memperlakukannya bak permata indah yang begitu dijaga dan dicinta.

Lagipula, untuk apa iri pada abang yang Kasa anggap semestanya? Tidak ada gunanya, bukan?

Namun, sekebal apapun hatinya, Kasa tetaplah anak kecil. Ada kalanya, benaknya bertanya-tanya. Sebenarnya, apa dosa yang telah ia lakukan hingga diperlakukan demikian oleh mama?

Apa karena ia nakal?
Apa karena ia tak mau tidur siang?
Apa karena ia terlalu banyak bicara?
Apa karena ia merepotkan?
Atau ... apa karena ia terlalu aktif?

Akan tetapi, sekeras apapun berpikir, Kasa tak pernah tau apa jawabnya. Sebab, ia terlalu muda untuk tau apa penyebabnya. Ia terlalu belia untuk tahu permasalahan orang dewasa.

Maka, yang dapat Kasa lakukan hanyalah pasrah dan menerima semua perlakuan untuknya tanpa bisa bertanya. Yang lebih membingungkan adalah, perlakuan dan sikap papa berubah sejak ia keluar rumah sakit. Papa jadi acuh tak acuh seperti mama. Eksistensi Kasa layaknya udara yang bergerak konstan. Ada, terasa, namun tak terlihat oleh mata.

Kasa bingung, mengapa papa turut mendiamkannya. Namun, ia tak punya kuasa untuk bertanya, sebab papa nampak lelah. Karena itu, ia diam saja. Tak apa, setidaknya jika mama dan papa tidak menyayanginya, Kasa masih punya abang yang dengan suka rela membagi rengkuh dan senyum hangatnya.

Seharusnya begitu.

Hingga hari itu datang. Hari kala rengkuhan abang sirna dan tak dapat lagi Kasa terima. Hari kala mama membawanya pergi jauh sekali, hingga tak lagi bisa lagi bertatap muka dan bertegur sapa dengan abang yang begitu ia puja.

Jika dihitung dengan jari, ini hari ketiga Kasa hidup tanpa abang. Semuanya terasa hampa. Kasa bak kehilangan dunianya.

"Mama, kapan pengobatan kaki adek selesai?" Ini adalah kali kesekian Kasa bertanya demikian.

Yang Kasa ingat, mama bilang bahwasanya mereka pergi untuk pengobatan kakinya. Namun, sampai hari ini, Kasa belum mendapat satu hal pun yang berkaitan dengan 'pengobatan'. Ingin dilihat dan dirasa pun, kakinya sudah tak terasa sakit sama sekali. Lantas, untuk apa pengobatan ini?

"Mama, masih lama ya, kita menginap di sini?"

Satu hal lagi yang Kasa bingungkan adalah, mama sekarang suka sekali merokok. Padahal, sebelumnya ia tak pernah melihat mama menyentuh benda itu. Bukan apa, Kasa tidak suka asapnya. Tapi, ia tidak mau jauh-jauh dari mamaㅡkarena mereka hanya tinggal berdua di sini. Jadi, suka tak suka, ia malah ikut menghirup asap memuakkan itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JUSTWhere stories live. Discover now