↳⓪⑥┊DISSENSION

4.5K 803 474
                                    

ੈ‧₊˚ ┊ 𝙳𝙸𝚂𝚂𝙴𝙽𝚂𝙸𝙾𝙽
─── · 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
ⓐⓡⓡⓐⓘⓝⓘⓔⓡ





































DITATANYA RAMBUT DENGAN rapi sambil tersenyum. "Okay, sempurna."

Draco bangun pagi-pagi dengan kondisi semula, walau ada beberapa kejadian yang membuat moodnya tidak baik. Tetapi bagi Draco itu semua sudah lewat.

Maka turunlah ia diruang rekreasi, ia tak menyangka api masih menyala di perapian. Di langkahkannya kaki karena tertarik untuk mengamati. Namun sapa sangka ia bertemu dengan orang yang menyuruhnya untuk menjauh di kereta.

Draco bingung dengan keadaan yang tiba-tiba. Namun bukan dirinya jika ia tidak penasaran. Duduklah ia diujung penyangga sofa hijau khas asramanya. Diliriknya [Name] yang tengah tertidur dengan buku di kedua tangan.

Dalam diam, berpangku tangan. Menatap surai panjang menjuntai menimpa sang objek pandangan.

Ia tak tahu harus bersikap apa dalam situasi kali ini, kalau ia tersenyum. Bisa-bisa dikatai orang freak atau semacamnya.

Niatnya sih Draco ingin menunggu [Name] sampai bangun. Tetapi interupsi menganggunya.

"Sedang apa kamu disana?"

Menoleh Draco ke arah samping, ia temui Sabumi dengan kulit kuning langsat, mata bulat obsidian, tubuh kurus nan jakung bertanya ke arahnya.

"Ini tempat umum."

"Ya, aku tahu. Tapi di sana ada [Name]." Dahi Draco berkerut. Tak senang  mendengar Sabumi memanggil temannya dengan nama depan alih alih Marga.

"Kenapa memangnya, aku temannya."

Sabumi berjalan mendekat. Berdiri di depan Draco sambil bersilang tangan. "Aku tidak ingat, dia berjalan denganmu dari kemarin."

"Harus aku laporkan padamu?" Draco berdiri dari duduknya, menatap tidak suka.

"Entah yha, 'kan aku tidak tahu kau ada maksud apa."

Draco terkekeh ketus. "Sombong sekali kau, kau tidak tahu aku siapa?"

"Malfoy," jawab Sabumi enteng. "Dan kenapa aku harus tahu tentangmu."

"Karena jika aku marah, aku bisa mengadu pada ayahku," ancam Draco.

"Memang ayahmu raja Inggris?" Gantian pula Sabumi terkekeh sombong. "Lagipula kenapa aku harus takut dengan Malfoy, sedangkan aku sendiri Arkana?"

"Maksudmu?"

"Maksudku, aku orang kaya. Keluargaku berpengaruh, ayahku menteri sihir di negaraku, dan leluhur ku sakti-sakti." Sabumi tersenyum. "Tidak ada alasan bagiku untuk takut dengan Malfoy."

"Sakti?" tanya Draco bingung.

"Yeahh, aku bisa kirim santet pada keluargamu. Dan dalam sekejap keluargamu muntah paku, mau?"

"Apa itu santet?"

"Aelah, geblek lu." Sabumi memalingkan mukanya kesal. "Kulit doang albino, rambut doang ubanan. Santet pun tak tahu."

Walau Draco tak tahu maksud perkataan anak seusianya yang kini berdiri di depannya ini. Tetapi Draco merasa ia sedang di hina.

Orang-orang mulai menginjakkan kakinya keruang rekreasi takala matahari pun juga semakin meninggi. Sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Draco dan Sabumi masih tetap bersitegang.

𝐑𝐄𝐕𝐄𝐀𝐋 || ∂. мαℓƒσуTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang