Bab 1

172 19 16
                                    

Bita perlahan membuka pintu rumah. Sisa-sisa tenaganya masih ada sepulang kerja. Pekerjaan menyiapkan event peluncuran produk baru cukup menguras tenaga. Hingga pukul delapan malam semua pekerjaan itu baru selesai.

Bita menghentikan langkah. Telinganya menangkap suara, seperti suara canda tawa seorang wanita. Seketika perasaan Bita tidak enak. Kaki Bita cepat melangkah menuju kamar. Pintu kamar terbuka sedikit. Tangan Bita langsung mendorong pintu. Mata Bita terkesima menyaksikan adegan di depan matanya.

"Kalian, kurang ajar berbuat zina di rumahku!" teriak Bita.

Tubuh Bita bergetar diliputi perasaan muak dan sakit hati. Sebenarnya ini saat yang dia tunggu . Menyaksikan dengan mata kepala sendiri perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Bita ingin menjadikan ini sebagai bukti pengaduan ke polisi.

Dan yang lebih menyakitkan, wanita tanpa busana yang bersama suaminya adalah seorang yang dikenal Bita selama ini. Sonya setiap dua hari sekali menawarkan barang dagangan ke rumah. Mulai dari makanan hingga pakaian anak dan dewasa.

"Pergi kau Sonya dari rumahku!"

Mata Bita tidak kuat berlama-lama melihat dua orang yang tubuhnya hanya ditutupi selimut. Bita berlari menuju kamar anaknya. Lita sedang tidur pulas. Seketika air mata Bita menetes di ujung mata melihat Lita kecil di atas tempat tidur. Bita sedih membayangkan Lita memiliki orang tua seperti ini.

Bita mendekati Lita. Selimut Lita berantakan ke mana-mana. Dengan penuh rasa sayang Bita membenahi selimut agar bisa menutupi tubuh Lita. Beberapa kecupan Bita mendarat di pipi Lita yang tembam.

Seketika ada suara gaduh dari kamar seberang. Telinga Bita mendengar seperti cekcok antara suaminya dengan Sonya.

"Mas Jeki, aku pergi dulu. Pilih dia atau aku besok beri jawaban ke aku!"

"Sonya, tunggu!"

Selanjutnya ada suara keras bantingan pintu. Mendengar suara pintu dibanting, hati Bita geram. Tiga tahun Bita jungkir balik membayar cicilan utang bank demi bisa membangun rumah sendiri. Malah sekarang pintu dibanting-banting.

Bita tidak mau ambil pusing dengan ulah suami dan selingkuhannya. Enam tahun hidup bersama Jeki Sambodo, hanya dua tahun pertama Bita merasakan kebahagian sebagai istri. Yaitu saat Bita mulai hamil, kemudian melahirkan hingga Lita berusia satu tahun. Setelah itu Jeki mulai menunjukkan sifat-sifat kasarnya. Jika marah suka memukul dan beberapa kali saudara atau teman menyampaikan kabar kalau Jeki main perempuan di luar rumah.

Bita tidak mendengar lagi suara gaduh dari kamar sana. Sepertinya Sonya sudah pergi. Bita merasa sedikit lega. Namun ternyata rasa lega itu hanya sebentar, Bita terkejut dengan kehadiran Jeki yang tiba-tiba. Jeki sudah berada di ambang pintu kamar Lita.

"Jangan berbuat macam-macam kalau kau ingin selamat!" ancam Jeki.

Bita merasa muak melihat Jeki . Bagi Bita Jeki betul-betul tidak tahu malu. Sudah terbukti berbuat zina, masih juga mengancam . Bita merasa jengkel. Kalimat barusan yang dilontarkan Jeki direkam oleh kepala Bita. Perkataan yang mengintimidasi Bita.

Tiba-tiba tangan Jeki dengan kasar menarik lengan Bita. Tubuh Bita dipaksa keluar dari kamar Lita. Bita yang masih lelah tertarik keluar kamar. Tanpa jeda setelah tarikan tangan, selanjutnya tangan Jeki dengan cepat menampar wajah Bita. Tubuh Bita sempat terhuyung. Perempuan itu masih bisa bertahan.

Bita tidak ingin berkata-kata. Karena selama ini perempuan itu sudah terbiasa menerima perlakuan kasar dari Jeki. Hatinya sudah kebal. Bita mengusap pipi yang terasa perih. Pipi yang dulu ketika kecil selalu dielus dan dicium sayang oleh ayah dan ibu. Kini pipi itu terbiasa menjadi amukan emosi suami. Bahkan lebih dari pipi, bagian tubuh Bita yang lain juga sering mendapat perlakuan keras dari Jeki. Sudah bulat tekad di hati Bita. Cerai adalah jalan untuk mengakhiri ini semua.

CINTA BITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang