╰┈➤ Komponis || 03

432 68 9
                                    

✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebagian mengenalnya sebagai pemain cello—cellis⁶, pula sisanya mengenal Fyodor sebagai penulis lirik lagu—komponis⁷. Fyodor Dostoyevsky memang dikenal akan keterampilan tangan dan kerja cerdasnya. Akan tetapi, akhir-akhir ini, anugerah yang mengarah pada kutukan itu mulai memudar.

Guna mengasah kemampuannya, Fyodor mengambil selembar kertas partitur⁸ serta pena. Iris ungu sayu menatap keluar dimana pemandangan subuh hari tersaji. Dan masih, Fyodor tak mendapatkan satu pun ide untuk mengisi kertas tersebut.

"Jalan-jalan pagi sepertinya tidak buruk." Berkata demikian, Fyodor melangkahkan kaki keluar rumahnya.

Suasana terasa asri di sana. Udara segar pagi hari, cicit kecil para burung serta hewan pengerat dan hal pendukung lainnya. Rasanya sudah lama Fyodor tidak menikmati suasana menenangkan seperti itu.

Baru berjalan sebentar, indera penglihatan Fyodor menangkap insan yang ditemuinya di kafe tiga hari yang lalu. Terlihat gadis itu sedang membantu para beberapa lansia memetik daun teh. Memilih untuk tak menyapanya, Fyodor melenggang pergi.

Malas sebenarnya untuk sekadar menyapa nuansa sesak perkotaan. Namun, mau bagaimana lagi? Fyodor harus menepati janjinya, bukan?

Dia mampir ke pusat alat bantu dengar. Melihat-lihat sebentar, lalu memutuskan jenis alat bantu dengar yang harus dibelinya. Dikarenakan dia tidak tahu jenis gangguan pendengaran [Name], jadilah dia membeli alat bantu dengar berjenis ITC⁹ yang memungkinkan untuk dipakai oleh penderita masalah pendengaran ringan sama dengan berat.

Mendapat firasat buruk, Fyodor cepat-cepat pergi dari pusat alat bantu dengar dan menunggu bus di halte. Sayangnya, Si Firasat Buruk itu enggan menyerah begitu saja.

"Dostoyevsky!"

Fyodor menghela napas panjang seraya menatap sinis sosok yang memanggilnya. "Ada apa, Gogol?"

Dia—Gogol—tampak terengah-engah dan berkeringat akibat mengejar Si Ahli Lenyap itu. "Aku mencarimu sejak dua hari yang lalu! Ke mana saja kau? Kalau ingin menghilang, setidaknya beri tahu aku tempatnya agar mudah ditemukan!"

"Memangnya, ada orang sekarat yang bilang bahwa dia akan mati besok?"

"Kau 'kan tidak sekarat, Dostoyevsky."

Fyodor mengabaikan jawaban Nikolai.

"Yang terpenting," Nikolai menyodorkan sebuah surat berwarna pucat dengan sedikit bercak tinta, "entah dari siapa. Nama pengirim dan alamatnya dipalsukan."

Fyodor menerima surat tersebut dan memasukkan ke dalam sakunya. "Akan Kubaca nanti. Aku harus pergi sekarang." Dia pun melenggang pergi tanpa sepatah kata.

Sampai di tempat penuh tentram miliknya, Fyodor segera membuka surat tadi.

"Bukannya mengirim surat ke sini membutuhkan biaya lebih? Kenapa dia tidak menggunakan email saja?"

Pagi, siang, sore, malam untukmu, Fyodor Dostoevsky. Semoga harimu cerah dan penuh ketakutan.

Jika kau bertanya-tanya mengapa aku tidak menggunakan email yang lebih mudah daripada mengirim surat yang terdengar kuno ini, yah, pastinya kau sudah tahu apa jawabannya.

Sejujurnya, aku sudah menduga bahwa kau akan memenangkan perlombaan itu dan menjadi perwakilan negaramu dalam acara mendatang. Ah, lupakan masalah itu.

Kudengar, kauhengkang dari dunia permusikan. Sedikit terkejut, walau aku sudah menebaknya. Pula, Dostoyevsky, aku tidak peduli dengan alasan konyol di balik menghilangnya wajahmu di lembar majalah mingguan Moskow.

Sampai jumpa bulan depan.

Fyodor—masih dengan ekspresi datar yang sama—meremas surat tadi hingga lusuh. Dilemparnya benda berisi tinta hitam itu ke dalam tempat sampah.

Setelahnya, dia berjalan ke arah jendela, menyibak gorden yang sesegera mungkin menampilkan hamparan taman bunga mawar yang berbentuk labirin. Iris ungu sayu Fyodor menangkap insan yang tengah bergembira di tengah labirin mawar, [Name]. Entah apa yang gadis itu lakukan sampai-sampai membuatnya tersenyum riang sendiri.

Fyodor bergumam sambil menghentakkan telapak kakinya pelan. Lantunan musik khas acara opera¹⁰ menyentak isi kepala Fyodor, memberikan gambaran-gambaran notasi balok yang bervariasi. Segera ia ambil kertas partitur dan sebuah pena, lalu mulai menuangkan isi kepalanya.

Dalam benak Fyodor, terdengar irama-irama manis nan menenangkan. Jika instrumen itu dijadikan sebuah novel, mungkin itu akan menjadi novel termanis yang pernah ditulis dan dibaca seseorang. Mungkin pula, novel itu akan dipenuhi bunga mawar dengan tangkai berduri yang tak segan melukai siapa pun; tak pandang bulu.

Next, karena saya malas~

ʜᴇᴀʀᴛʙᴇᴀᴛ || ʙsᴅWhere stories live. Discover now