╰┈➤ Hitam Putih || 04

401 63 8
                                    

✧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia siapkan buku catatan kecil dan sebuah pena bertinta merah. Tak lupa pula Fyodor bungkus barang yang dijanjikannya serapi mungkin. Setelah dirasa cukup, Fyodor pergi menuju kediaman [Name].

Sejujurnya, Fyodor tidak tahu di mana tempat tinggal pasti perempuan tunarungu itu. Setelah banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepada warga sekitar, barulah Fyodor tahu letak kediaman [Name].

Selang beberapa waktu, Fyodor sampai di kediaman [Name]. Ditekannya tombol bel rumah, ke luarlah seorang wanita tua dengan keriput mendominasi wajah serta tangannya. Meski begitu, dia tetap terlihat cantik pula anggun.

"Anda pasti pria yang sering [Name] ceritakan," ujarnya dengan tutur bahasa formal sebelum mempersilakan Fyodor masuk. "[Name] berada di ruang musik. Saya akan mengantar Anda ke sana."

Dia tak mengatakan apa pun. Bagi Fyodor, perlakuan formal seperti itu sudah sering ia jumpai, terutama ketika bertemu orang penting dengan tujuan tertentu di luar urusan permusikan.

Fyodor ialah salah satu insan penting dalam beberapa organisasi. Secara terang-terangan, Fyodor unjuk batang hidung di sebuah persidangan dan mendukung si pelaku tanpa paksaan dari pihak luar. Dan, dia berhasil memenangkan persidangan itu.

Sepertinya, Sang Keberuntungan benar-benar jatuh cinta pada sosok Fyodor.

"Silahkan." Wanita tua itu pergi dari sana, memberikan ruang bagi Fyodor dan [Name].

Gadis tak banyak cakap itu tengah duduk berhadapan dengan piano, grand piano tepatnya. Jemari lentiknya bermain di atas tuts hitam putih tanpa tahu bagaimana bunyi-bunyian indah yang di keluarkan. Fyodor mendekat, lalu meletakkan buku catatan tadi di atas tubuh piano.

Si Tuan Rumah mendongak, lalu berdiri seolah tersipu malu karena tertangkap basah sedang bermain alat musik. Lantas Fyodor menaikkan alisnya seolah bertanya mengapa ia harus malu.

Si pria menghela napas sesaat sebelum mengeluarkan kotak berisi barang yang ia janjikan. Kemudian, Fyodor menyodorkan catatan yang ia bawa.

Aku sudah menepati janjiku. Setelah ini, lupakanlah bahwa kita pernah bertemu dan saling mengenal.

[Name] yang tadinya terlihat bahagia langsung mengernyitkan dahinya. Lantas Fyodor membuka lembaran selanjutnya.

Aku tidak akan kembali ke sini dan mengusik kehidupanmu. Lakukanlah hal sebaliknya agar kita sama-sama aman.

Sementara kenalan Fyodor masih dilanda kekeliruan, Fyodor meraih tangannya dan mengecup punggung tangan si gadis. Ditatapnya netra [Name] untuk yang kesekian kalinya, lalu menyelipkan anak rambut ke belakang daun telinga.

"Album instrumen keduaku akan diisi oleh sosokmu. Kuharap, kau dapat mendengar dan tak hanya merasakannya saja, [Name]."

Setelahnya, Fyodor pamit pulang dan tak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. [Name] membuka catatan kecil yang Fyodor tinggalkan secara sengaja dengan harapan ia akan menemukan sesuatu di sana, mungkin sebuah jawaban atas pertanyaannya.

Pada lembar terakhir, terdapat notasi balok dengan catatan kecil di bawahnya.

Sesungguhnya, aku tahu bahwa kau mahir bermain piano. Jadi, kubuatkan notasi sederhana untukmu. Kuharap, kau dapat mendengarnya.

[Name] menghela napas dan melepas alat bantu dengar yang ia dapat dari Fyodor.

"Sudah terdengar."

Next~

ʜᴇᴀʀᴛʙᴇᴀᴛ || ʙsᴅWhere stories live. Discover now