3. Email Debat

912 148 428
                                    


“Jangan suka memaksakan kehendak kepada orang lain semaunya karena seandainya posisi kita ditukar, kamu akan menolak juga.”

~ Salwa Haniyah ~

          Sosok pria memakai kemeja putih dengan didouble rompi berwarna merah maroon, dilapisi lagi dengan jas warna senada, dan dasi berwarna senada terlihat tampilannya sangat berwibawa dan tampan, sedang menyesap kopi susu hangat di ruang makan.

         “Kamu kapan mau nikah, Nak? Umur kamu udah matang, lho. Kamu mau melajang terus?” tanya wanita paruh baya memakai jilbab abu-abu, membuat pria tampan itu meletakkan kopi di atas meja, kemudian ia mengembuskan napasnya dengan kasar.

          “Ma, kenapa bahas terus, sih? Kemarin ‘kan kita udah sepakat tunggu aku cari jodoh. Mama harus sabar. Cari jodoh itu nggak kayak membalikkan telapak tangan, Ma,” balas Bintang sedikit kesal. Ia heran, mengapa mempermasalahkan umur tua untuk segera menikah.

       “Tapi, kata Mamamu ada benarnya. Udah saatnya kamu punya istri, punya anak. Beberapa anak teman Papa udah banyak yang menjadi Ayah,” ujar pria paruh baya di samping mamanya, membuat Bintang mendengkus kesal.

         “Pa, jodoh orang itu beda-beda waktunya. Jadi, jangan banding-bandingkan aku sama orang lain,” ujar Bintang. Kemudian ia melenggang pergi dari ruang makan tanpa pamitan. Ia sudah sangat kesal kedua orang tuanya yang terus mendesaknya untuk segera menikah.

        “BINTANG! PAPA BELUM SELESAI NGOMONG, NAK!” teriak papanya yang tak didengarkan oleh Bintang. Bintang berlalu begitu saja keluar dari rumah. Mamanya Bintang menyentuh pundak suaminya.

         “Mas Gilang harus sabar. Dia sedang berusaha kok,” ujar wanita itu tersenyum, berusaha menenangkan emosi suaminya. Papanya Bintang mengangguk.

         “Tapi, Bintang itu susah sekali diatur, Sayang. Dijodohin nggak mau, nyari sendiri nggak dapet-dapet atau dia belum mau mencari. Aku frustrasi sama anak itu, padahal menikah adalah kebutuhan dia juga,” ujar pria itu sembari memijit keningnya.

          “Aku ngerti, Mas. Beri dia waktu dulu ya? Bintang itu keras. Semoga dia segera cepat mendapatkan pasangan.”

         “Aamiin, Sayang.”

           Sepanjang perjalanan, Bintang terus menggerutu dalam hati. Kenapa orang tuanya ingin sekali dirinya segera menikah. Ia belum menyentuh sarapan, hanya meminum kopi saja karena orang tuanya membahas soal yang sangat membosankan.

          “Kenapa Mama sama Papa nggak bisa pahami aku? Nyari jodoh yang tepat ‘kan sulit. Malah bandingin aku sama anak orang lain.” Bintang mengembuskan napasnya dengan kasar, manik matanya terus fokus menatap ke depan jalan raya.

            Tiba-tiba saja jalanan yang tadinya sepi mulai ramai dilintasi berbagai macam mobil dan motor. Ia harus segera tiba menuju kantor sebelum kemacetan melanda di Kota Jakarta. Ia paling malas jika jalanan sudah macet karena itu akan sangat mengganggu perjalanannya menuju kantor.

           Dua puluh menit kemudian, Bintang telah sampai di kantor penerbitan. Seperti biasa banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah, tetapi hanya dibalas tatapan dingin olehnya.

          Bintang memiliki pesona yang tampan, berwibawa, dan tegas. Banyak karyawan wanita yang menyukai dirinya, tetapi tak ada yang berani mendekati pria itu karena tatapan Bintang selalu dingin dan terlihat menyeramkan.

Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin