11. Harus Terbiasa

719 96 276
                                    


 

"Harus terbiasa dengan apa yang aku lakukan karena itu keputusan yang sudah kita ambil bersama. Kamu sudah menyetujuinya.”

~ Bintang Semesta ~

             Setelah prosesi akad nikah, berlanjut ke acara resepsi yang diadakan malam hari setelah waktu isya.

             Langit gelap, bintang-bintang kecil bersinar mempercantik pemandangan, ada sebuah benda langit berbentuk bulat yang bersinar ikut mempercantik juga. Di sebuah lahan yang hijau, terdapat berbagai macam bunga yang berjejer menghiasi tempat tersebut, lampu-lampu yang dikaitkan dengan tali, terletak di atas, ikut menghiasi tempat ini. Orang-orang berdatangan dengan mengenakan pakaian bagus yang bertema merah muda dan biru gelap. Para tamu yang laki-laki memakai pakaian biru gelap, sementara para tamu wanita memakai pakaian merah muda.

                 Sebuah bangku singgasana berwarna emas bertengger, diduduki oleh dua insan manusia berbeda gender yang memakai pakaian sesuai tema karena tema itu adalah warna favorit mereka. Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan, memberikanucapan  selamat kepada mereka, membuat mereka harus berdiri, menyalami para tamu yang berdatangan. Untuk tamu perempuan bersalaman dengan Salwa, sementara untuk tamu laki-laki bersalaman dengan Bintang.

              “Barakallah, Salwa. Aku nggak nyangka banget kamu yang nikah duluan! Ah, kamu kok, tiba-tiba, sih? Padahal kamu nggak bahas soal pernikahan sebelumnya,” ujar wanita memakai gamis berwarna merah muda, kemudian mengecup pipi kanan, kemudian pipi kiri Salwa.

            Wanita itu menjauhkan wajahnya dari hadapan Salwa. “Semoga sakinah, mawadah, dan warahmah, sahabatku!”

                Salwa melengkungkan bibirnya dengan sempurna, menatap wajah cantik sahabatnya. “Aamiin. Kalau jodoh sudah datang, kita harus bersiap ‘kan? Aku bahkan tidak memprediksikan bahwa aku akan menikah hari ini sebelumnya,” ucap Salwa.

               “Ah, jahat duluan! Aku seneng kok, kamu akhirnya sudah menikah. Doain aku, ya. Semoga aku juga bisa nyusul kamu,” kata Aqilla, kemudian memeluk pengantin wanita itu dengan erat.

              “Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Aqilla.” Salwa melepaskan pelukan sahabatnya.

           “Ya sudah. Aku mau makan dulu. Kayaknya banyak makanan yang enak, nih!” pekik Aqilla, membuat Salwa geleng-geleng. Aqilla memang suka makan banyak, padahal saat ini wanita itu tidak hanya berhadapan dengannya, tetapi suaminya juga. Bintang hanya terdiam,  menatap datar Salwa.

            “Kebiasaan, deh! Udahlah sana! Makanan banyak hari ini! Puas-puasin, ya, makannya, lumayan gratis!” sahut Salwa.

              Manik mata Aqilla tertuju kepada pria yang berdiri di sebelah Salwa. Ia tidak sadar,  bahwa Salwa bersama Bintang.

           Aduh! Nggak tahu malu banget aku di depan suaminya Salwa! Qila ... Qila ... kamu gimana, sih?

            Aqilla tersenyum canggung, menatap Bintang. “Jagain sahabat saya, ya, Pak Bintang. Saya permisi dulu,” pamit Aqilla, kemudian, bergegas melenggang pergi, meninggalkan sepasang pengantin itu. Melihat Aqilla pergi, Bintang geleng-geleng kepala.

Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]Where stories live. Discover now