15. Acara Launching

530 83 201
                                    


"Kamu milikku. Jadi, saya harus selalu menempeli kamu supaya tidak ada laki-laki yang mengganggu kamu."

~ Bintang Semesta ~

                  Pria memakai kaus oblong berwarna putih dan celana pendek selutut baru saja keluar dari kamar mandi. Ia melangkahkan kaki, menuju ranjang king size berwarna putih. Pria itu duduk di ranjang, bersebelahan dengan sosok wanita bersurai hitam legam,  panjangnya sebahu, sedang menggerakkan sepuluh jari mungilnya, berselancar memainkan tombol-tombolyang ada di keyboard.

                 Bintang menatap Salwa, yang tengah membalas komentar satu persatu dari para pembacanya karena baru saja mempublikasikan part terbaru dari cerita ”Dinding Pemisah.” Pria itu mendekatkan tubuhnya, mendekati Salwa. Ia menopangkan dagunya di leher jenjang Salwa. Bintang mengamati layar persegi panjang yang sedang Salwa lihat.

              "Rajin amat balas komentar?" komentar Bintang. Pria itu menatap Salwa yang fokus menatap layar laptop.

             "Harus dibalaslah, Mas. Pembaca itu adalah raja. Jadi, aku harus melayani para pembaca dengan baik. Ya, walaupun banyak, sih, tetapi nggak masalah," sahut Salwa dengan nada tenang.

             Bintang mengangguk. Ia makin merasa kagum saja dengan Salwa yang sangat teladan sebagai penulis. Salwa adalah penulis yang sangat mengistimewakan para pembaca karyanya.

                  "Saya sudah membaca cerita ini. Lumayan menarik. Nanti, kalau udah tamat bisa langsung saya proses naskahnya," ucap Bintang. Kemudian, Salwa beralih menatap Bintang seperti menghunus.

                "Jangan dalam waktu dekat, Mas! Revisi kemarin aja aku capek banget tahu! Kamu nggak kasihan sama aku?" tolak Salwa. Bintang membuka mulutnya, kemudian memperlihatkan gigi putihnya yang rapi sambal memeganggi perutnya, saat melihat Salwa yang sedang mengembungkan pipi seperti bakpao.

         "Lagian masih lama kali tamatnya. Tuh, baru tujuh belas part. Konfliknya juga masih panjang. Santai aja dong, Sayang," goda Bintang.

          Bintang Semesta adalah sosok yang dingin dan irit bicara, tetapi semenjak menikah dengan Salwa, pria itu berubah. Ia menjadi sering berbicara dan terkadang menggoda Salwa.

          "Oh, ya, apakah perhitungan suara penentuan desain sampul sudah kamu putuskan, Sayang?" tanya Bintang.

           Salwa mengangguk sembari sepuluh jarinya memainkan keyboard. "Mereka kebanyakan memilih gambar yang nomor dua, Mas. Jadi, aku putuskan untuk memakai gambar nomor dua sebagai sampul novelku yang pertama kali akan terbit," jawab Salwa.

             Tiba-tiba saja Bintang mengambil laptop milik Salwa. Ia mematikan laptop tersebut,  kemudian menutup layar laptop. Salwa membulatkan matanya dengan sempurna, kemudian mengerucutkan bibirnya karena Bintang mengambil laptopnya tanpa permisi.

           "Mas! Balikin, dong!"

        Bintang menggeleng. "Enggak. Ini udah malam."

           "Mas, tapi kan, aku belum selesai balesin komen!"

          "Jangan begadang, Sayang. Biarkan saja mereka. Ayo, waktunya tidur. Kamu harus istirahat, Salwa Sayang. Saya nggak mau kamu sakit," peringat Bintang. Pria itu memasukkan laptop berwarna merah muda ke dalam tas, kemudian meletakkan benda tersebut ke dalam laci nakas. Salwa membaringkan tubuhnya. Ia terpaksa harus mengikuti yang suaminya perintahkan. Bintang kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang, kemudian mendekap Salwa dengan erat.

Mendadak Marriage [Sudah Terbit 🥰]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang