5. Masa Mendatang

35 8 1
                                    


Helsinki, Finlandia.

Hari ini, tepat dua tahun setelah sosok Miranda Angkasa Rusmini dinyatakan hilang dengan statusnya sebagai buronan negara, Didit menemukan headline yang sangat menggemparkan media massa Nusantara. Miranda Angkasa Rusmini dinyatakan tewas dalam kebakaran yang menghanguskan kediamannya, tepatnya di kota kelahirannya. Jasadnya hangus sampai tidak bisa dikenali lagi, tapi seluruh tim penyidik, termasuk tim autopsi menyatakan kalau jasad tersebut merupakan Miranda Angkasa Rusmini, penulis Kitab Samsara yang kontroversial, buronan negara yang tidak lagi bisa diadili karena sosoknya sudah tak bernyawa.

Didit sampai menjatuhkan ipad yang ia gunakan untuk mengikuti perkembangan berita tentang penulis Kitab Samsara dan itu membuat tangannya menyenggol cangkir espresso yang akhirnya tumpah membasahi gadget berlogo apel kroak miliknya.

Kegaduhan yang ia sebabkan membuat seluruh pengunjung rumah makan menghujani Didit dengan tatapan sinis karena mengganggu kegiatan sarapan mereka. Sayangnya, hal itu tidak mengintimadisi Didit yang kemudian segera membersihkan kekacauan yang ia perbuat dan melanjutkan sarapannya sendiri sembari membaca berita tentang tewasnya sosok yang pernah menjadi kekasihnya itu, meski masih sulit ia cerna.

Politik.

Dengan cara penyamaran Rara yang sulit terbongkar selama ini tentu membuat Didit tidak bisa langsung mepercayai berita yang digembar-gemborkan media massa hari ini. Didit yakin kalau kematian Rara—atau Nyonya Miranda Angkasa Rusmini adalah konspirasi.

Karena beberapa saat kemudian mata Didit menangkap sosok perempuan yang menempati tiga meja dari tempat Didit berada, berambut jeruk sunkist sedang menghapus habis lipstick-nya sebelum menyantap riisipuuro pada piringnya,

persis seperti kebiasan gadisnya sebelum makan sesuatu

"Rara!"

Perempuan itu langsung mendongah. Melempar pandangan ke arah Didit dengan tajam namun tetap tidak beranjak dari mejanya. Sedetik kemudian perempuan itu kembali melanjutkan kegiatan menyantap bubur Skandinavia-nya tanpa peduli kalau Didit sudah tegopoh-gopoh berjalan ke arahnya. Lalu tanpa permisi, Didit segera menarik kursi dan duduk tepat di hadapannya.

Gadis yang Didit yakini seratus persen kekasihnya itu hanya terdiam, tidak menunjukkan ekspresi apapun terhadap kehadiran Didit yang langsung menghapus air matanya sendiri saking ia tidak percaya kalau akhirnya ia menemukan kembali kekasihnya yang sempat hilang,

bahkan diberitakan meninggal.

"Sini, biar aku bukain selai blueberry-nya."

Lirih suara Didit sembari merebut pelan toples kaca yang sedang dipegang sang gadis. Setelah berhasil membuka, Didit segera memberikan toples selai itu pada perempuan yang masih tidak ingin bersuara sedikit pun itu dan membiarkannya mengolesi potongan ruisleipä pesnannya.

"Ra..."

"Panggil saya Elena, Dit. Elena Sutomo."

Mungkin, setelah kontrak Didit yang ini berakhir, Didit akan kembali batal untuk pulang ke Indonesia. Didit sudah punya agenda untuk menemui Elena Sutomo yang masih payah dalam membuka tutup selai. Lalu, di kontrak selanjutnya dan beberapa kontrak mendatang, Didit akan mengajukan diri untuk mengambil trip dari Copenhagen menuju Helsinki lagi agar bisa terus bertemu dengan perempuan yang masih berusaha untuk menahan air matanya agar tidak ikut tumpah seperti Didit.

Karena Didit telah bertemu dengan gadisnya lagi di bagian dunia paling utara,

di masa yang lebih tenang.

VOYAGERWhere stories live. Discover now