5

596 132 18
                                    

"Nona [Name]—"

"Louis, mulai sekarang kamu memanggilku dengan [Name]. Oke, dan santai saja denganku." Ia menepuk-nepuk pundak Louis.

"[Name]..."

"Hm~?"

Ia membuang muka, tak ingin [Name] melihat semburat merah yang muncul di wajahnya.

Mereka berdua sampai di taman kota. Entah karena akhir minggu atau yang lain, taman lebih ramai dibandingkan biasanya. [Name] menutup payungnya, menghampiri kursi taman yang kosong, dan mengajak Louis untuk duduk di sampingnya. Keduanya pun duduk bersebelahan.

"Aku senang sekali, karena cuaca hari ini cerah. Apa Louis berpikiran sama?"

Louis menengadah ke langit. Ia tidak tahu sejak kapan langit sangat berwarna biru seperti ini. Selama ini ia tidak begitu memerhatikannya. Melihat langit bersama wanita di sampingnya, membuatnya terasa berbeda.

"Ya... aku setuju..."

"Bagaimana kalau sekarang kita saling mengenal satu sama lain? Dimulai dari aku, ya. Kita sudah tahu nama masing-masing, bagaimana dengan umur?"

"Aku 23 tahun. [Name] sendiri?"

"22 tahun. Wah, awalnya aku mengira kita seumuran, loh. Sekarang giliranmu menanyakan sesuatu tentangku."

"Eh...?" Louis mencoba berpikir, sambil memerhatikan [Name] yang sedang menatapnya dengan lekat.

"Hm... mengapa kamu ingin berteman denganku?"

"Eeeh? Memangnya itu memerlukan alasan?"

Louis mengangkat kedua bahunya. Ia sendiri juga tidak paham mengapa sang puan ingin menjadi temannya. Biasanya, ia melihat para wanita lebih memilih Albert atau William.

"Hm... kalau aku mencoba ingat-ingat, mungkin pertemuan pertama kita? Dan semenjak itu aku selalu ingin berbicara lebih banyak denganmu..." jawab [Name] dengan pelan, jika mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Louis.

"Sebenarnya, para wanita lebih sering mendekati Kak Albert atau Kak William. Entah ingin menarik perhatian mereka atau sekadar mendekati mereka karena status. Aku hampir tidak pernah berinteraksi dengan wanita, dan mungkin kau termasuk yang pertama," Louis memberhentikan ucapannya sebentar. "Jadi, maafkan aku  jika aku merupakan pribadi yang membosankan."

"Kata siapa? Kamu tidak membosankan sama sekali. Aku justru merasa senang bisa bicara denganmu!" [Name] bangun dari duduknya, dan menghadap ke Louis.

"Aku tak menyangka... bahwa [Name] adalah orang seperti itu..."

"'Seperti 'itu' maksudnya...?"

"Mungkin... ceria? Seperti Bond, kurasa."

"Hm... sebenarnya tidak seperti itu, sih." [Name] berkacak pinggang "Mungkin... ingin mencairkan suasana? Selain itu, mungkin perlahan karena aku merasa nyaman denganmu... ahaha..."

Hal tidak disangka lainnya yang Louis dengar. Untungnya, ia dapat mengontrol perasaannya sehingga dapat mempertahankan ekspresi di wajahnya.

Angin pelan berhembus, sedikit menerbangkan helaian rambut masing-masing. Louis menahan sedikit menahan topinya agar tidak terbang, dan pandangannya tertuju ke wanita tersebut yang sedang menikmati angin sambil sesekali menyibakkan rambut-rambut kecilnya ke belakang telinga.

Ia diam-diam mengobservasi penampilannya. Ia tidak tahu seperti apa wanita yang sempurna dan menawan di mata orang kebanyakan, tetapi menurutnya insan yang berada di depannya memenuhi keduanya.

"Louis, bagaimana jika sekarang kita ke tempat lain?" Fokusnya pun dipecahkan oleh si wanita, yang mengajaknya untuk pergi ke tempat lain. Louis menyetujuinya, dan mereka kembali berjalan dengan sesekali mengobrol.

promise | louis j. moriartyWhere stories live. Discover now