(iii) hari terburuk

60 14 6
                                    

Tidak ada senyum setitik pun yang terpancar dari wajah penuh make up Kim Nana. Wajahnya terlihat masam, Nana benar-benar menyesal menyetujui permohonan dari keluarganya.

Mau bagaimana lagi? Beberapa jam setelah perkataan setuju di depan kamar orang tua, Ibu dan Pak Kim langsung merencanakan hari terburuk alias pernikahan Nana secepat mungkin.

Dan kinilah saatnya, Nana sudah berada di depan cermin dengan gaun cantik berwarna putih. Tak henti-hentinya mendapatkan pujian dari Doyoung selaku Kakak semata wayang, Nana hanya bisa berdeham dan melirik sebal.

***

"Sini, gandeng lengan Papa." Nana menurut saja dan mengalungkan tangannya, mereka berjalan menuju altar dengan keadaan super tenang.

Ya, karena perasaan tidak tenang baru membuncah waktu manik mempelai wanita bertemu dengan manik mempelai laki-laki. Nana bisa lihat sendiri wajah penuh sumringah dari calon suaminya, dia paham sebenarnya senyuman dari Jeno adalah ejekan tanpa suara untuknya.

Maka itu Nana tidak membalas senyuman sama sekali. Dia malah melirik tajam pemuda Lee yang sialnya dibalas kekehan kecil.

Ayah dari pihak perempuan sudah melepaskan tautannya pada sang anak, sekarang saatnya Jeno yang menggenggam tangan wanita Kim. Awalnya Nana gemetaran ingin menyentuh tangan kekar pemuda itu atau tidak, tetapi dengan cepat Jeno menaut tangannya sendiri dengan tangan calon istri.

Pernikahan pun dilaksanakan, janji suci diucapkan dengan hikmat. Saat sekujur tamu tepuk tangan karena status mereka yang sudah 'sah', entah mengapa Nana ingin menangis saat itu juga. Mengapa orang-orang berbahagia di hari terburuknya seperti ini? Mengapa tidak ada yang sadar bahwasan Nana tidak menikmati sedikit pun?

Setelah sesi pengucapan janji, tamu diperbolehkan untuk bersalaman kepada dua mempelai. Ibu Kim terus berbisik agar Nana tersenyum menanggapi jabatan tangan dari tamu, awalnya diangguki namun ending-nya tetap cemberut kesal.

"Nana! Senyum, dong." Pertanyaan kesekian kali dari sang Ibu dijawab dengusan kesal oleh wanita Kim. Dia melirik pemuda Lee yang asik berbincang dengan teman sekolahnya dulu, langsung saja ambil kesempatan untuk lepas tautan karena mungkin sudah satu jam lebih mereka saling menggenggam tangan.

Tetapi apalah daya karena Jeno tersadar dengan perbuatan istri sahnya itu, langsung saja menggenggam tangan kembali namun lebih erat.

"Nggak usah pegang-pegang tangan gue bisa nggak, sih?! Lebay banget lo pake ngikutin peraturan segala."

"Emangnya kenapa? Gue kan suka pegang tangan lo." Balas Jeno sembari mengeratkan genggaman tangan lebih dalam lagi, bahkan terdengar ringisan kecil dari Nana karena Jeno seperti mencengkeram tangan kecilnya.

Nana tidak mau kalah, dia ikut mencengkeram tautan dengan sang pria sehingga terdengar ringisan kecil dari pemuda Lee.

Sekarang keduanya saling menahan rasa sakit hingga tautan terlepas agak kasar.

Bukan hanya itu, aksi ribut yang lain bermula saat tamu mulai menikmati hidangan masing-masing. Tidak ada lagi yang menyalami kedua mempelai, otomatis kegabutan melanda di antara Jeno dan Nana.

Fuh!

Entah apa yang dilakukan Jeno saat ini, yang jelas dia meniup telinga istrinya tanpa alasan. Nana hanya melirik tajam sebelum fokus menatap lurus ke arah tamu. Jeno tidak terima dirinya diacuhkan seperti itu, otomatis meniup telinga istrinya kedua kali namun lebih kencang.

Married With Enemy || Lee JenoWhere stories live. Discover now