(02) goes to America

49 14 1
                                    

Drrt. drrt.

Drrt. drrt.

Drrt. drrt.

"Aduh, siapa sih tengah malem gini yang nelpon gue?" Jeno tidak terbangun, setengah sadar dirinya menyeretkan diri untuk meraih ponsel di atas nakas. Entah mengapa ia tidak tahu bahwasan semalaman tidur di atas lantai dingin, berbeda dengan sang istri menguasai ranjang besar sendirian.

"Halo--"

"Belum bangun kamu, Jen? Liat ini udah jam berapa?!"

Ucapan secara cepat mengudara di dalam telepon, Jeno benar-benar belum bergerak alias masih menutup kedua mata. "Masih tengah malem, kan? Ada apa sih, Ma?"

Hening sejenak, mungkin Ibu Lee agak shock di ujung telepon.

"Tengah malem? Sekarang udah jam delapan pagi, loh. Kamu berangkat ke Amerika jam sembilan, kan?"

"Hah?" Barulah pria itu membuka manik lebar, auto terduduk dan melihat jam dinding di dekat televisi.

"Mama, Papa, sama keluarga Nana udah nunggu kamu di bandara dari jam tujuh pagi kok nggak liat kamu dari tadi. Ternyata kamu belum bangun?"

Tidak ada jawaban dari pemuda surai hitam, langsung saja menutup telepon dan berlari menuju lemari pakaian. Dia tidak membersihkan diri, melainkan langsung ganti baju karena perjalanan dari hotel menuju bandara tidak sedekat yang dibayangkan.

Belum lagi check in dan sebagainya.

"Heh, Nana! Bangun!"

Tidak ada pergerakan dari wanita yang tidur tepat di tengah ranjang dalam posisi tengkurap, Jeno makin panik karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat.

"Woy, bangun! Lo mau ketinggalan pesawat, hah?!" Terpaksa lelaki itu menepuk pelipis wanita Kim berkali-kali, untung Nana tersadar meskipun sedikit misuh.

"Ada apa, sih?! Ganggu aja, lo!"

"Liat jam sana! Kita berangkat ke Amerika jam sembilan pagi."

Sayup-sayup perempuan surai cokelat melirik benda bentuk lingkaran yang menempel pada tembok. Dia melebarkam mata, langsung terbangun dan berniat pergi ke kamar mandi.

Tetapi apalah daya saat Jeno langsung melempar jaket miliknya dan menarik pergelangan tangan sang istri keluar dari kamar.

"Pakai aja jaket gue dulu, kita langsung ke bandara sekarang."

Nana menahan tubuhnya dari tarikan yang lebih tua. "Tapi gue belum bersih-bersih sama sekali!"

"Halah! Lo bersih-bersih juga nggak akan ada yang liatin. Nanti aja mandinya kalau udah sampai, sekarang yang kita pentingin itu waktu." Jawab Jeno sebelum lanjut menarik tangan Nana --namun lebih kencang dan menarik koper menuju taksi.

Resepsionis yang tahu pasangan itu sudah pergi dari hotel, langsung saja memerintahkan office boy untuk membersihkan kamar milik Jeno dan Nana.

Pekerja itu menurut, ia lekas meraih peralatan kebersihan dan berjalan menuju bilik di lantai tiga. Dan kalian tahu?

Sang pekerja terkejut waktu memandang kamar yang berantakan bukan main. Kapuk bantal berhamburan, selimut berada di lantai, dan sprei yang terlepas setengah dari kasurnya. Dia sempat berpikir separah apa perbuatan Jeno dan Nana semalaman.

"W-wow ... agak agresif, ya." Kata office boy sebelum mulai membersihkan ruangannya.

Pedahal dia tidak tahu bahwasan sepasang suami istri yang bermalam di kamar itu melakukan pertarungan sesungguhnya.

***

Sudah sampai bandara pukul sembilan kurang lima belas menit, Jeno beserta istri hanya berpamitan dengan keluarga selama lima menit sebelum check in tiket dan bagasi. Barulah keduanya berlari masuk ke dalam pesawat yang untungnya masih tersisa satu menit lagi untuk penutupan pintu.

Akhirnya mereka bisa duduk di bangku penumpang meskipun dengan napas super terengah.

"Ini semua gara-gara lo ngajak berantem semalem." Celetuk Jeno sambil melirik tajam pasangannya yang sibuk meletakkan tas selempang. Nana menoleh, dia mengerutkan dahi alias tidak terima dengan tuduhan beberapa detik silam.

"Salah lo, lah. Lo yang narik selimut terlalu kenceng, gue jadi kebawa emosi."

"Nah kan? Berarti salah lo." Jawab pemuda Lee datar.

Nana menoleh, menghela napas kasar dan kembali menjawab, "Ya nggak, dong! Kalau lo nggak narik selimut terlalu kenceng pasti kita nggak bakal ribut."

"Kalau lo nggak ngajak ribut terus terima masalah selimut pun kita nggak akan berantem!"

Sekarang Nana yang angkat bicara. "Lah kok ngegas? Dari awal tuh lo udah bikin bikin gue emosi! Lo yang nggak mau ngalah masalah selimut, ya gue jadi kesel tau nggak!"

Dan Jeno masih berniatan membalas perkataan istrinya. "Halah pokoknya salah lo!"

"Salah lo!"

"Salah lo, Nana!"

"SALAH LO, JENO!" Teriakan Nana menarik atensi penumpang bahkan pramugari yang melewati tempat duduknya.

Otomatis pramugari menghentikan langkah, mendekat pada dua penumpang yang saling memandang penuh amarah. "Maaf, Tuan dan Nona. Ada masalah apa, ya? Ada yang bisa saya bantu?"

Jeno tersenyum manis menanggapi pertanyaan lembut dari pramugari dan menggeleng. "Nggak ada, kok. Cuma--"

"Saya mau pindah ke bangku yang lain apakah bisa? Saya nggak mau duduk di sini." Pertanyaan Nana membuat suaminya menyenggol bahu tidak terlalu keras, pramugari berpikir sejenak sebelum kembali menyunggingkan senyum.

"Maaf, Nona. Bangkunya sudah penuh. Kami minta maaf kalau pelayanannya kurang sesuai dengan keinginan Nona."

Perkataan pramugari membuat Jeno merasa tidak enak, dia mengibaskan tangannya lalu mengangkat suara. "Nggak apa-apa, kok. Pelayanannya sudah bagus, dia memang seperti itu orangnya. Maaf ya sudah membuat ribut di sini."

Bukan hanya kepada pekerja, Jeno juga membungkukkan badan pertanda minta maaf terhadap pengunjung yang setia menyaksikan perbuatannya. Kemudian keadaan menjadi normal seperti biasa, pramugri sudah kembali menuju ruangan khusus dan pesawat sudah berada di udara.

"Nggak usah aneh-aneh minta pindah tempat duduk, ntar lo ilang malah nangis. Gue juga yang disalahin ntar."

"Lo kira gue sebodoh itu nggak tau Amerika?" Pertanyaan wanita Kim membuat Jeno menoleh dan mendekatkan wajah menuju wajah sang istri untuk merespon.

"Iya." Kata Jeno sembari melemparkan smirk andalannya sebelum menjauhkan jarak wajah.

Nana mendengus lalu memalingkan wajah menuju jendela. "Sialan, lo."

Pemuda Lee hanya bisa diam dan terkekeh dalam hati, sebenarnya seru juga bertengkar dengan istrinya seperti ini. Dia tidak merasa kesepian lagi sekarang.















To Be Continued.

Semangat guysss ❤️

Married With Enemy || Lee JenoWhere stories live. Discover now