chapter 9

98 71 113
                                    

"Tidak usah dipikirkan lagi cukup ikuti ucapanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak usah dipikirkan lagi cukup ikuti ucapanku. Fokus saja dengan apa yang ada di depanmu sekarang, tidak usah melamun seperti itu kau bisa menabrak jika tidak memperhatikan jalan." Ucap Rava menengok kebelakang dimana Vana terlihat cemberut seolah-olah telah mengalami hal yang mengerikan.

"Gue.. gue cuma.. udahah gak tau gue! Udahlah tugas makalah kemarin belum gue pikirin gimana, ini jelmaan jin didepan gue malah bikin masalah gue bertambah lagi. " Seru Vana Kesal menatap Rava bengis.

"Jaga ucapan mu nona Angelina, aku bisa mendengarnya. Dua telinga ku masih normal."

"Lo bisa enggak sih bahasanya jangan gitu, gue ngerasa aneh tau nggak. Ganti jadi gak baku dikit bisa kan jangan terlalu formal gitu, gue berasa lagi ngomong sama orang kantoran tau enggak." Sembur Vana bergidik ngeri, sudah cukup ia merasa pusing mendengar kalimat-kalimat baku itu dan sekarang Rava juga seperti menggodanya dengan kalimat seperti itu. C'mon setidaknya pakai bahasa yang gaul itu akan jauh lebih baik.

"Kau harus membiasakan diri karena inilah aku. Gaya bicara ku memang seperti ini, aku tidak menyukai gaya bahasa modern itu terkesan aneh menurutku. Hidup di negara asing selama bertahun-tahun membuat ku terbiasa seperti ini. Aku harap kau mengerti." Jelas Rava dengan nada lembutnya.

Bukannya tidak senang tapi Vana hanya merasa aneh mengobrol dengan dua gaya bahasa yang terkesan jauh berbeda, formal dan informal itu memang unik tapi itu aneh menurutnya tapi jika di lihat dari kepribadiannya Rava memang cocok seperti itu apalagi sifat nya yang dingin itu perpaduan yang cocok.

Jujur saja Vana tidak pernah menjalin hubungan dengan cowok manapun bahkan berbicara dekat dengan seorang cowok pun tidak pernah karena baginya ketiga sahabatnya sudah cukup untuk membuatnya senang. Walaupun sering membuat Vana darah tinggi, itu tidak apa-apa karena bagi Vana itulah pasang surutnya darah manusia.

"Bisa kau diam saja selama kita berjalan ke kantin, akan lebih baik jika kau mempercepat langkah pendek mu itu." Ucap Rava kembali menarik lengan Vana.

"Langkah pendek? Maksudnya gue pendek gitu?!" Tanya Vana kesal karena merasa tersinggung. 

"I don't say that." Rava memasang muka polosnya seolah-olah tidak bermaksud menyinggung.

"Apasih lo, gue merinding sumpah makin kesini sikap lo makin aneh aja tau enggak. Lo mau ngerjain gue atau apa sih, lo pasti ngerencanain hal buruk kan buat gue, ngaku lo!"

Diam, Rava tetap diam tanpa menjawab apapun.

"Udahlah gue duluan aja ke kantin enggak tahan gue sama sikap aneh lo ini." ucap Vana lagi yang kemudian berlari meninggalkan Rava seorang diri.

Rava menatap punggung Vana yang mulai menjauh. Sesaat kemudian ia kembali merubah raut mukanya kembali datar dan memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celananya.

RAVANA [ON GOING]Where stories live. Discover now