chapter 19

59 45 48
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Flashback

Setelah mobil yang dikendarai Rava itu menabrak pembatas jalan, saat itu juga Rava melompat keluar dari mobil.
Badannya terpental lumayan jauh hingga menimbulkan banyak luka di bagian tubuhnya. Terutama bagian dahinya yang mengeluarkan banyak darah karena terbentur bebatuan tajam.

Untung saja saat tubuh Rava sudah terpental jauh, mobil itu langsung terbakar dan menimbulkan ledakan besar hingga membuat perhatian para
komplotan itu segera teralihkan.

Setelah berhasil lolos, Rava dengan tubuh lemahnya merangkak kearah semak-semak belukar dan menyandarkan tubuhnya disalah satu pohon yang letaknya jauh dari mobil yang sudah hancur itu. Tubuhnya terasa lemas tapi entah kenapa ia tidak merasa kesakitan sedikitpun.

Mungkin karena ia merasa lega telah mengambil keputusan yang tepat.

"Maafkan aku Nana, karena ku mobil kesayanganmu menjadi hancur seperti ini." Lirih Rava menyebutkan nama panggilannya untuk Naya lagi.

Di saat keadaannya yang seperti ini, Rava masih saja memikirkan rasa bersalahnya karena telah menghancurkan mobil kesayangan milik Naya. Kejadian yang pernah mereka alami dulu membuat Rava masih saja memperhatikan Naya sampai saat ini.

"Vana." guman Rava lirih.

"Maafkan aku Vana. Sebenarnya aku tidak tega melakukan drama seperti ini hanya saja harus aku lakukan untuk kebaikan semua orang terutama untuk kakak dan kedua orangtuaku." Rava menutup matanya mengingat sudah berapa banyak drama kebohongan yang sudah ia buat. Ia sebenarnya tidak mau melakukan ini tapi demi tuntutan balas dendam, ia menguatkan diri melakukan apapun yang unclenya perintahkan. Ia tidak mau perjuangan unclenya memasukkan mereka ke dalam pelatihan profesional menjadi sia-sia.

Setelah beberapa menit berdiam diri, Rava akhirnya beranjak dan berjalan menyusuri jalan yang banyak ditumbuhi semak belukar juga pohon-pohon berukuran besar disekitarnya.

Sesekali ia berhenti untuk mengistirahatkan tubuhnya yang merasa lelah. Tidak peduli berapa banyak luka yang ia dapatkan karena saat ini hanya lelah yang ia rasakan.

.

Satu hari berlalu, Rava terus berjalan tanpa makan dan minun. Ia harus berterimakasih pada unclenya John karena telah mengajarkannya cara bertahan hidup di lingkungan luar.

Rava terus berjalan sampai ia tak sengaja melihat sebuah sungai dan juga sebuah gubuk yang terlihat kumuh. Ia terdiam beberapa saat mengamati keadaan sekitar yang sepertinya memang sepi dan tidak berpenghuni.

RAVANA [ON GOING]Where stories live. Discover now