chapter 30

21 6 20
                                    

Langkah itu terlihat terus saja mondar mandir didepan sebuah ruangan operasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah itu terlihat terus saja mondar mandir didepan sebuah ruangan operasi. Tidak ada ketenangan yang dirasakan Rava saat ini. Hanya rasa panik dan cemas akan keadaan seseorang di dalam sana. Ketakutan menyelimuti dirinya.

Setelah setengah jam berlalu, seorang dokter yang bertanggung jawab keluar dari ruang operasi.

Dengan tergesa-gesa Rava menahan dokter yang hendak pergi itu.

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya Rava cemas. Matanya bahkan berkaca-kaca.

"Apa anda keluarga pasien?"

Tanpa ragu Rava segera mengangguk.

"Operasinya berjalan lancar dan pasien bisa kami diselamatkan." ucap dokter itu yang mampu membuat Rava akhirnya bisa bernafas lega.

"Tapi maaf saya harus menyampaikan kabar buruk ini. Pasien memang bisa kami selamatkan tapi karena luka di kakinya lumayan parah, kami dengan menyesal mengatakan bahwa untuk saat ini kaki pasien mengalami kelumpuhan." sambung dokter itu.

"Lu..lumpuh?" Kaget Rava

"Benar, kaki pasien memang mengalami kelumpuhan tapi anda tenang saja karena kaki pasien masih bisa disembuhkan dengan menjalankan beberapa tahap terapi. Dengan kata lain kaki pasien hanya mengalami kelumpuhan sementara." Jelas dokter  itu lagi.

"Syukurlah." Rava kembali menghela nafas pelan.

"Apa saya bisa menjenguknya sekarang dok?" Sambung Rava.

"Kami akan memindahkan pasien keruang rawat inap lebih dulu. Anda bisa menjenguknya setelah itu." ucap dokter itu kemudian berlalu dari hadapan Rava yang akhirnya bisa menenangkan dirinya.

"Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika sesuatu buruk terjadi padamu Nana." Lirih Rava.


.

Rava membuka salah satu pintu kamar rawat inap dengan tenang. Matanya menatap langsung kearah seorang perempuan yang masih terlihat lemas diatas ranjang rumah sakit.

Langkahnya mendekat dan dengan pelan dia meraih kursi yang disediakan tepat disamping ranjang dimana Naya terbaring.

Mata Rava seketika memanas. Ia tidak tau kenapa ia malah menjadi emosional seperti ini. Rava meraih tangan dingin itu dan segera menggosoknya pelan berharap bisa memberi kehangatan.


"Maafkan aku Nana." lirih Rava

"Arka.." Suara lembut memanggil namanya itu sontak mengambil perhatiannya. Rava melihat Naya yang sudah sadar sedang menatap kearahnya.

RAVANA [ON GOING]Where stories live. Discover now