14. Uzumaki Himawari

1.1K 134 10
                                    

3 bulan setelahnya.

Hinata merasa hidupnya sudah sangat bahagia sekarang, dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan juga mencintainya. Hinata pernah mengira bahwa dia akan dicemooh dan selalu dipandang buruk oleh orang banyak karena sudah bersuami dan bahkan akan memiliki dua orang anak diusianya yang ke 24 tahun.

Namun, ternyata dia salah. Semua orang disekitarnya mendukung kehidupannya, keluarga, sahabat, dan bahkan suami beserta anaknya sendiri Uzumaki Boruto. Bocah imut itu terus mengatakan bahwa dia akan melindungi Hinata, walau dia sendiri bingung bagaimana cara melindunginya dengan tubuh mungilnya itu.

Jangan lupa dengan keberadaan Naruto, pria itu memang selalu yang utama dalam hidup Hinata, tak pernah lelahnya Naruto mendampingi bahkan selalu berada disisinya. Dia adalah sosok suami yang selalu Hinata bayangkan karena menjadi pria yang benar-benar bisa diandalkan.

Seperti sekarang. Pria itu tidak lelah untuk menemani Hinata untuk bersalin, karena ini saatnya untuk anak kedua mereka lahir.

"Sudahlah sayang, lagi pula aku sudah pernah melahirkan bukan? Dan buktinya selamat karena aku masih berada bersama mu disini, dan Boruto sebagai bukti nyatanya" Hinata dengan lembut menenangkan sang suami yang masih kalang kabut, pasalnya Hinata dibawa kerumah sakit karena sehabis pendarahan.

"Tapi tetap saja, darahnya tadi sangat banyak. Bagaimana jika," ucapannya terhenti dan memandang Hinata. "Hinata dengarkan aku, jika kamu enggak sanggup melahirkan secara normal katakan saja, paham? Aku tidak mau kamu kenapa-napa" Hinata hanya cemberut mendengar itu.

"Hey, kamu kenapa sih! Lagi pula aku kemarin juga lahiran normal tapi baik-baik ajakan? Bahkan sekarang aku bisa sampe hari ini" Sebenarnya wanita itu juga agak kesal dengan kelakuan Naruto, hanya kalau dia ikut marah juga, maka masalah tidak akan terselesaikan. Karena jawabannya adalah,

Mereka sama-sama keras kepala.

"Tuan dan Nyonya Uzumaki, mari masuk. Dokter sudah menunggu" Naruto yang masih gemetar ketakutan juga ikut masuk mendampingi Hinata, bagaimana pun juga dia tetap tidak ingin istrinya kenapa-napa.

Dilain tempat..

"Aku tunggu kabar baiknya, yah" Sai pun menutup panggilan telfonnya dan memandang kearah bawah dimana sosok kecil berada didekat kakinya itu.

"Paman, bagaimana Mommy ku?" tanyanya dengan raut khawatir.

Sai pun langsung menyetarakan tingginya dengan Boruto, agar si kecil itu bisa dengan nyaman berbicara dengannya. Walaupun dia juga kesusahan sih.

"Tenang saja, kata bibi Sarra mu. Ayah dan ibu Bolt sudah masuk ruang bersalin, itu artinya kita hanya bisa berserah sama Tuhan, supaya ibu dan calon adikmu baik-baik saja, mengeti boy?" ucap Sai menasehati.

Dekat dengan Naruto membuat Sai tau akan sifat anak dari mantan dosennya itu. Berbicara tentang dosen, Sai dan Hinata serta yang lain pun sudah lulus sarjana S1 bahkan sekarang dua bulan lalu terdengar kabar dari Shikamaru kalau dia sudah menyelenggarakan pernikahan tertutupnya dengan Temari, hanya di hadiri oleh keluarga inti saja sih memang.

Lalu kabar Kiba dan Gaara sudah agak membahagiakan, Gaara baru saja bertunangan dengan Matsuri gadis yang dijodohkan ayahnya itu namun berbeda dengan Kiba yang masih pendekatan dengan Tamaki.

"Hiks.. Bolt takut Mommy kenapa-napa" bahkan sikapnya kali ini sangat mirip dengan situasi hati Naruto.

Ikatan batin ayah dan anak memang sangat... Alay.

Sai hanya bisa menggendong pria kecil itu dan mendekat kearah sosok wanita yang tengah menyusui anak laki-laki Sai yang baru saja lahir bulan lalu.

"Hoek... Hoek" tangis bayi itu terdengar saat merasa terusik, membuat Ino pun juga kelimpungan karenanya.

Sedangkan Boruto yang melihat itu bingung, namun perlahan dia menyentuh pipi putih pucat Yamanaka Inojin, anak Sai itu.

"Adek bayi enggak boleh nangis, kasihan tante Ino kalau adek bayi nangis terus. Yuk mingkem" walau niatnya untuk menenangkan Ino maupun Sai tidak bisa menyembunyikan gelagat tawa mereka.

"Anak Hinata benar-benar lucu yah" Sai ikut terkekeh mendengar ucapan sang istri. Dia juga setuju akan hal itu, sifat aneh Hinata ternyata juga mengalir dalam tubuh bocah itu.

"Karena ibunya adalah Hinata Hyuga"

________________________

"Hey, sudah lah Naruto. Kamu jadi balapan nangis sama anak sendiri tau enggak" ucapan Hinata tidak bisa membuat Naruto berhenti menangis, dia masih tidak menyangka bahwa dirinya dipercayakan lagi untuk menjadi seorang ayah untuk putrinya yang baru saja dilahirkan sang istri itu.

"Aku bersyukur banget bisa nikah dan berkeluarga sama kamu, hiks.. Aku masih belum percaya kalau anak aku dua sekarang, hiks.. Perasaan kita baru aja nikah kemarin" masih dengan memeluk tubuh Hinata, Naruto tetap terisak dan mengeluarkan seluruh isi hatinya yang membuat Hinata ikut terharu.

Namun sosok tampan dibalik pintu itu menghentikan mereka.

"Ya! Sudah tua tetap saja menangis, kau itu tidak tahu malu sekali, Uzumaki sialan Naruto" sengaja Sasuke menambahkan sialan itu untuk menjadi nama tengah sahabatnya.

"Bersyukurlah karena hari ini putriku baru saja lahir, karena jika tidak aku mungkin akan membunuhmu sekarang" Sasuke hanya mencibir dan menaruh sekeranjang buah diatas meja dekat Hinata itu.

"Karenamu, aku harus mengundur pernikahanku 3 minggu lagi, lagian kenapa harus sekarang sih lahirannya" ucapan Sai langsung digatak oleh sosok pria paruh baya dibelakangnya.

"Dasar anak Fugaku bodoh, apa kau bisa mengatur kapan cucuku harus lahir?! Kenapa keluarga Uchiha era sekarang tidak ada yang normal?! Bersyukurlah kau menikah dengan Sakura, Sasuke.  jika tidak maka hancur keluarga mu itu" Itachi yang berada dibelakang dan tengah menggandeng tangan istrinya itupun hanya menggelengkan kepala.

"Apa paman harus sekali memukul kepalaku! Itu sakit tau" ucapnya dan menatap sekitar guna meminta pembelaan.

"Itu supaya otakmu bekerja, dasar Uchiha mini bodoh!" pandangan Hiashi berbalik ke box bayi yang berada disamping Hinata, pria tua itu bahkan menatap cucunya dengan berbinar.

"Dia cantik sekali, sepertimu Hinata" Naruto langsung menoleh ke wajah sang istri dan tersenyum hangat. "Lihatlah, dia agak mirip denganmu Naruto" Hiashi tersenyum bahagia melihat perpaduan wajah sang cucu.

"Kenapa dia tidak mirip denganku" ucapan Sasuke dihadiahkan tatapan maut Hiashi.

"Apa kau gila! Bagaimana kau bisa melayangkan pernyataan seperti itu. Tentu saja cucuku tidak mirip denganmu, karena kau tidak ikut andil dalam membuatnya, IDIOT" seluruh orang yang berada dikamar rawat itu tertawa akan ucapan Hiashi dan Sasuke.

Benar-benar sangat unik...

"DADDY!!!" datanglah sosok imut nan menggemaskan Boruto yang berlari dan menabrak kaki panjang ayahnya.

"Bolt kangen... Mau liat dedek bayi juga, mana adek bolt?" dengan persetujuan dari Hinata, Naruto menggendong putra imutnya itu dan membawanya tepat dekat dengan sang adik.

"Wah... Cantiknya adek bolt, kalau begini mah Bolt bisa engga suka lagi sumire" semua orang melotot karena ucapan polosnya.

"Apa maksud bolt?" tanya Hinata yang membuat anak itu menyengir saja.

"Hehe bolt bercanda kok" Sasuke langsung mengambil alih Bolt dalam gendongan Naruto.

"Masih kecil aja lu udah keliatan bibit buayanya, dasar buaya Jepang. Sering-sering tobat lu, ntar gede engga ada yang mau sama lu aja" Bolt hanya menatap dan mencerna ucapan Sasuke.

"Kaya om Sasuke yah, baru ada yang mau sekarang"

"HEH! OMONGANNYA!" semua tertawa lagi termasuk sepasang suami istri yang sedang berbahagia itu.

'Selamat datang, Uzumaki Himawari'

_________________________

TBC

My Lecturer, is my Husband?! [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang