2. Kamar 7. Wulan-Juni(Wuni)

37 8 141
                                    

Baca doa dulu ya.

💎💎💎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💎💎💎

"Karena gak ada temen mbak, Gak sanggup juga bayar uang sewa sendirian."

Gue natap kecewa ngeliat Maria narik kopernya melewati gerbang utama. Hilang lagi deh satu penghuni kost gue. Alasan dia memutuskan keluar dari kost itu masih gak gue terima, ya meskipun gue gak ada hak larang-larang keputusan dia tapi ini masih tabu. Ya kali dia keluar dengan alasan gak ada partner kamar padahal dari dulu sebelum Risa datang, dia juga sendirian dan biasa aja. Apa ada hubungannya dengan Risa ya? Kan gue kepo lagi.

"Emang ya di dunia ini gak ada yang abadi."

Gue ngangguk pelan mendengar perkataan tersebut, meski gak balikin badan gue juga tau kok siapa yang bilang barusan. Hafal gue ma suaranya.

"Menurut lo gimana Ris?" entah untuk apa gue bertanya.

Garis mensejajarkan badannya dengan badan gue yang berdiri didepan gerbang kecil aula, "Entahlah mbak, setiap yang pergi pasti punya alasan dan yakin aja ada gantinya. Semua punya alur kok, pergi dan datang tuh udah sepasang." jawabnya lugas.

"Gue kadang berfikir kenapa hidup gue selucu ini? Orang yang datang lalu pergi itu kan udah biasa dalam dunia perkostan ini, tapi ada aja rasa gak rela yang bikin gue berfikir lagi bahwa gue terlalu mendalami peran padahal belum tentu orang yang gue fikirin itu mempunyai fikiran yang sama. Lucu kan?"

"Semua orang punya hak, hak apapun itu semua orang memilikinya. Gak ada larangan kok mbak, itu hak mbak dengan fikiran mbak. Gue cuman mau bilang kalau gak usah terlalu berekspetasi karena kalau jatuh tuh sakit." ucap Garis yang entah kenapa gue kembali berfikir sebenarnya perjalanan hidup gue tuh seperti apa sih?

Gue tersenyum sebentar, "Lo gimana sama Davin?" harusnya mulut ini diam aja, padahal kemarin Davin udah ngelarang ikut campur.

"Masih dalam tahap bertahan mbak, tapi gue yakin ada jalan keluarnya kok. Kita masih perlu pendinginan dan sama-sama harus instropeksi diri dulu biar kejadian seperti ini gak keulang lagi," gue mau bilang lo cewek kuat Ris, hampir seminggu kalian saling diam dan itu pasti gak enak banget. Hal yang gue heranin tuh, kenapa tuh bocah ngulur waktu?

Gue nepok-nepok punggungnya ringan, "Sabar ya, keknya ujian lo kali ini beneran seberat ini." gue turut prihatin.

"Lebih berat lagi nahan rindu mbak," ucapnya yang cuman gue liatin, "Rindu meluk dia disaat raganya ada didepan mata tapi gak bisa disentuh." ujarnya dengan senyum kecewa. Sakit banget pasti.

"Kalau gini, gue pengen nonjok suami lo Ris tapi sadar gue bukan siapa-siapa," kata gue yang entah buat nenangin atau malah nambah beban. Gue emang beban kok, dimana-mana jadi beban mulu.

Garis tertawa kecil yang membuat gue serba salah, gue takut Garis kesurupan soalnya tadi sedih terus sekarang ketawa, "Gak segitunya juga sih mbak." katanya masih tertawa.

Livin with Caratto✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang