Klandestin 16

13.7K 1.5K 21
                                    


16. Bunda lena

Emosi. Letta emosi saat ini. Sesampainya ia dikediaman Niel, gadis itu segera melangkah menuju kamar yang ia tempati beberapa hari ini.

"Emosi gue anjim!"

"Udah tua, keriputan tinggal mati aja ngeselin minta ampun!"

"Amit amit punya bokap modelan kaya gitu?! Apa lagi Daniel sialan! Ya ampun pengen nyembelih orang!!"

Nafas Gadis itu memburu karena emosi sedang Niel yang berada diambang pintu kamar Letta hanya terkikik geli melihat betapa emosinya gadis itu.

"Mana nih pipi sakit lagi! Dasar gak punya hati!" Kesal gadis itu.

"Dari pada marah marah, mending obatin pipi Lo aja deh." Ucap Niel lalu masuk ke kamar. Letta berdecak pelan dengan bibir melengkung kebawah.

"Kesel kak!!!" Ucap Letta dengan nada manjanya.

"Jijik anjir!" Umpat Niel dengan wajah kesalnya.

Setelahnya, Niel fokus mengobati pipi letta.

"Kak Niel, maksud kakak jadi bagian keluarga kakak apa ya?" Tanya Letta guna menggoda Niel.

"Adik." Mata Letta memelotot. Gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Tapi gue gak mau!"

"Ya terus?" Tanya Niel dengan tatapan malasnya.

"Jadi calon ibu dari anak anak kak Niel aja gimana?" Tanya Letta dengan menaik turunkan alisnya.

"Gue belum punya anak." Jawab Niel yang lagi lagi mengundang tatapan kesal dari Letta. Jangan sampai Letta emosi dan membogem wajah ganteng Niel.

Ah! Tapi apa iya dia tega membogem wajah mulus nan tampan itu?

Apa dia tega memukul wajah jeno?

Dan jawabannya adalah tidak sama sekali.

###

"Jadi Lo bukan Letta?" Tanya Tasya yang mendapat anggukan dari Letta.

Letta kira Tasya dan Alan akan menjauhinya ternyata tidak. Keduanya justru malah makin ingin dekat dengan Letta.

Karena Tasya dan Alan berpendapat bahwa sosok Febi adalah teman yang baik dan sekaligus mereka berdua menebus rasa bersalah mereka dengan Letta yang asli.

"Gak masuk akal tapi anehnya gue percaya." Ujar Alan yang mendapat toyoran dari Tasya.

"Lo mah apa sih yang kagak percaya?  setan di kejar kecoa aja Lo percaya!" Ujar Tasya yang membuat Letta tertawa.

Saat ini mereka bertiga-- tidak! Mereka berempat dengan Niel yang sibuk dengan bukunya berada di rooftop.

Letta terkekeh pelan melihat mereka berdua. Pandangan Letta beralih ke niel yang tampak tenang dengan bukunya.

Cowok tampan itu terlihat berkali kali lebih tampan jika sudah serius.

"Letta, kehidupan Lo yang dulu gimana?" Tanya Tasya dengan pandangan ingin tahunya.

"Hidup gue, sederhana tapi gue bahagia. Gue punya keluarga yang harmonis, temen temen yang selalu ada buat gue dan gue punya mas crush yang gak peka peka." Jelas Letta yang mendapat kekehan dari Tasya karena kalimat terakhir yang gadis itu lontarkan.

Mendengar kata crush membuat mood dari seorang Niel jadi buruk. Entahlah rasanya dia tak terima kalo Letta punya  gebetan. Niel mendengus pelan.

"Masih aja lu inget crush elu? Haha" ucap alan lalu tertawa renyah.

Letta hanya menyengir lalu matanya mengarah kepada Niel yang nampak kesal itu.

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang