Klandestin 33

7.9K 847 23
                                    


33. Letta dan Niel

Daniel menatap punggung Letta dengan pandangan tak terbaca. Ia menatap lekat punggung yang mulai menjauh itu dan tak lama kemudian disusul oleh dua orang asing tadi yang tidak lain adalah orang tua Niel.

Daniel lalu menghampiri kedua orang tuanya.

"Kenapa Letta kesini?" Tanya cowok itu.

Kedua orang tuanya diam membisu. Alis Daniel terangkat satu melihat keheningan itu lalu tak lama kemudian Bryan turun dengan langkah tergesa bahkan hampir saja terjatuh di anak tangga ketiga dari bawah.

Cowok itu mencangklong tas gitarnya dengan tatapan yang terkunci pada ponselnya serta wajah panik yang mendominasi.

"Bryan! Lo mau kemana?" Tanya Daniel. Cowok tampan yang sibuk dengan ponselnya itu mendongak.

"Kerja." Jawab Bryan lalu mengantongi ponselnya dan berlari keluar.

Ia benar benar takut kena semprot teman temannya yang lain.

Hari ini mereka berjanji akan manggung bersama tapi dengan cerobohnya bang Bryan gantengnya gak ketulung itu ketiduran. Saking enaknya tidur ia bahkan telat satu jam dari jam perjanjian.

Dengan memacu motornya dengan kecepatan penuh akhirnya cowok itu sampai di cafe Niel dengan waktu sepuluh menit perjalanan.

Disamping tempat memesan menu, disana telah disediakan panggung kecil dengan beberapa alat musik yang sengaja disediakan oleh Niel. Jadi teman temannya hanya perlu mengeluarkan kemampuan mereka tanpa rempong membawa alat musik.

Ya terkecuali untuk Bryan.

Sesampainya disana, tatapan tajam teman temannya menghunus kearahnya.

"Gue kira Lo gak Dateng." Sinis gio dengan tatapan tajamnya. Bryan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan cengiran khasnya.

Jevon dan Aldo menggeleng pelan.

"Ketiduran pasti nih anak!" Tuduh jevon yang lagi lagi mendapat cengiran dari Bryan.

"Niel mana?" Tanya Bryan lalu mengeluarkan gitarnya.

"Ngurusin adeknya katanya Letta kerumah Lo ya?" Tanya jevon.

Bryan mengangkat salah satu alisnya. Kapan Letta kerumahnya?

"Gue gak tau, gue bangun udah gak ada orang. Cuma mama, papa sama bang Daniel doang." Ucap Bryan dengan mengendikan bahunya.

Setelah itu keadaan hening karena mereka masih mempersiapkan acara manggungnya sampai salah satu dari kelima orang itu bersuara.

"Eh! Itu Raden bukan sih?" Tanya gio dengan menunjuk kearah salah satu meja yang diisi oleh Raden dan seorang cewek didepan Raden. Entah siapa cewek itu tapi yang pasti mereka hampir aja ngakak karena liat wajah tertekan milik raden.

"Buset dah itu muka raden kaya nahan boker aja hahah!" Ucap jevon seraya ngakak dengan suara khasnya.

Pliss author masih meleyot sm jevon :)

Baik gio, Aldo, Reyhan dan Bryan hanya terkekeh melihat betapa tertekannya wajah Raden. Biasanya wajah Raden itu ngeselin ngeselin gimana gitu kali ini sangat sangat buruk!

Benar benar membuat mood naik hahah!

Oh iya, Bryan dan yang lainpun juga tidak tau perihal penculikan Letta.

Setelah itu mereka berempat memilih fokus untuk membawakan lagu mereka.

Disisi lain Letta berjalan dengan Niel disampingnya. Hari sudah malam saat ini, mereka berdua memutuskan untuk ke cafe. Kasian teman teman Niel karena mereka sudah membuat janji jika akan manggung bersama.

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang