Dua

2.1K 328 43
                                    

Hinata menatap kaca rias sederhana di kamarnya untuk memastikan jika penampilannya sudah rapi pagi ini. Gadis itu memilih untuk mengikat tinggi rambutnya hari ini, selain cuaca yang terkadang membuat gerah, ia juga ingin mencoba melakukan sesuatu pada rambut panjangnya yang biasa tergerai.

Setelah merasa puas dengan penampilannya, Hinata mengambil ransel biru miliknya dan segera keluar dari kamarnya untuk sarapan. Di ruang makan, semua anggota keluarganya sudah berkumpul. Hinata menyapa mereka semua sembari tersenyum manis.

Ketika Hinata sudah duduk di meja makan, Ayah sedikit mengernyit melihat penampilan putri kesayangannya. "Tumben." Hinata menatap bingung mendengar perkataan Ayahnya. Mengerti kebingungan Hinata, Ayah menunjuk ke arah rambut anak gadisnya.

Hinata tersenyum, "Biar terlihat manis."

"Hey, putriku memang sudah manis!" Hinata tertawa mendengar perkataan Ayahnya.

"Kalau begitu biar bertambah manis." Ibu hanya geleng-geleng kepala dengan interaksi dua orang itu sembari menyerahkan segelas susu pada Hinata.

"Jangan-jangan kau sudah berpacaran?" pertanyaan Neji, membuat ketiga Hyuuga lainnya tersentak.

"Kak Neji jangan asal menuduh!" Hinata menggembungkan pipinya sembari memberikan tatapan peringatan pada Neji, ia kemudian melirik takut ke arah sang Ayah, bisa gawat jika Ayahnya mempercayai apa yang dikatakan kakaknya tersebut.

"Biasanya remaja perempuan akan mulai berdandan jika sudah mengenal pria."

"Aku tidak sedang berdandan, aku hanya-"

"Sudah-sudah. Cepat habiskan sarapan kalian!" Hinata merasa bersyukur karena Ibunya melerai dan mengalihkan pembicaraan ini.

"Jangan asal menerima laki-laki, Hinata! Kau tidak tahu berbahayanya mereka." Hinata hanya mengangguk mendengar suara Ayah, jika sudah berbicara serius seperti ini Ayahnya hanya ingin mendengarkan jawaban iya. Sedangkan Neji tersenyum puas, ia tidak mau adiknya itu sudah mengenal atau berhubungan dengan pria.

'Lagipula laki-laki mana coba?'

Setelah selesai, mereka pun bersiap untuk berangkat menjalani aktivitas masing-masing.

***

Hinata turun dari mobil sang kakak yang saat ini berhenti di depan gerbang sekolahnya. Hampir setiap pagi, Hinata memang diantar oleh kakaknya. Tetapi saat pulang sekolah Hinata lebih sering menaiki bus karena jadwal kuliah Neji.

Hinata berjalan ke arah gerbang masuk, di sana terlihat beberapa orang anggota OSIS yang sedang melakukan razia terhadap para siswa, rutinitas di setiap hari Senin. Semua siswa yang dianggap berpenampilan tidak rapi, pasti akan diberhentikan dan mendapat hukuman.

Hinata dengan percaya diri melewati mereka, ia yakin tidak ada kesalahan apapun dalam penampilannya. Saat sudah hampir melewati kerumunan anggota OSIS tersebut, sebuah suara menyapa gendang telinganya. Membuat Hinata berhenti.

"Hinata?"

Gadis itu menatap ke arah seseorang yang memanggil namanya. Naruto-pemuda itu mendekatinya dan seolah meneliti penampilan Hinata. Hinata melirik ke arah pakaiannya, apa ada sesuatu yang salah?

Beberapa pasang mata kini menatap ke arah mereka, Naruto mengulurkan tangannya dan menyerahkan sesuatu pada Hinata sembari tersenyum manis.

Hinata mengernyit melihat sebotol minuman yang ada di tangan Naruto. "Untukmu."

Mata Hinata membola terkejut mendengarnya. Terdengar pekikan dari beberapa orang siswi, termasuk rekan-rekan Naruto sesama anggota OSIS. "U-untukku?"

This is Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang