Tujuh (Ending)

3.1K 348 91
                                    

Empat belas tahun yang lalu...

Gadis kecil itu kian mengeratkan pelukannya pada leher sang Ayah. Matanya masih terlihat sembab sehabis menangis. Beberapa kali ibunya berusaha merayu agar ia mau turun dari gendongan sang Ayah, tetapi hanya gelengan yang sang Ibu dapatkan.

Hikari sedikit menyesali karena telah membawa putrinya ke acara pesta itu. Saat ini Hyuuga Hiashi beserta istri dan putrinya tengah menghadiri pesta untuk merayakan berdirinya perusahaan milik sahabatnya, pesta itu juga sekaligus menjadi perayaan ulangtahun Uzumaki Naruto, putra sang sahabat. Pikiran kedua orang tua itu bahwa Hinata akan merasa senang karena ada banyak anak-anak seumurannya ternyata salah. Anaknya itu memang sangat pemalu terhadap orang-orang asing.

Keluarga itu bahkan belum sempat untuk menyapa sang pemilik acara karena Hinata yang sejak tadi merengek untuk pulang. Akhirnya kini mereka memilih untuk duduk terlebih dulu di salah satu meja. Setelah sedikit iming-iming kue cokelat kesukaannya, Hinata akhirnya berhenti menangis. Kini ia duduk manis di pangkuan sang Ayah, ibunya sibuk mengelap sisa air mata di pipi Hinata.

"Hime tidak mau memberikan kadonya untuk Naru?" mata itu mengerjap, ia memandang sebuah kotak kado berwarna kuning yang ia dan ibunya sudah siapkan.

Hikari berusaha meyakinkan Hinata untuk mau ikut menyapa keluarga Uzumaki, sebelum datang ke pesta Hinata tampak senang dan bersemangat karena akan memberikan sesuatu di pesta ulang tahun Naruto.

Naruto adalah temannya yang baru ia temui beberapa hari yang lalu di kantor milik Ayahnya, bocah laki-laki itu terus memaksa Hinata untuk bermain bersama sambil menunggu urusan Ayah mereka selesai. Hinata awalnya sedikit takut, tetapi pengasuhnya meyakinkan Nona kecilnya untuk bermain bersama Naruto. Pada akhirnya Hinata yang merasa senang bersama Naruto, Naruto bahkan meminta Hinata untuk datang ke pesta ulang tahunnya agar mereka bisa bermain bersama lagi.

Mata bulan serupa milik Ayahnya itu menatap Naruto yang terlihat sedang bersama beberapa orang anak yang mungkin teman-temannya. Ia ingin ke sana, tapi ia takut karena di sana ramai menurutnya. "Tidak mau.." cicitnya kemudian.

Hikari menghela nafas, "Tadi di rumah semangat sekali untuk bertemu Naru." Wajah mungil itu tertunduk dengan ekspresi cemberut.

"Sudahlah, jangan memaksanya." Hiashi membelai rambut putrinya, ia lalu memberikan Hinata pada istrinya. "Aku akan pergi menyapa Minato dan Kushina." Hikari mengangguk.

"Ibu.." Hikari mengalihkan pandangannya pada putri kecilnya.

"Ada apa?"

"Naru bermain dengan orang lain, tidak bermain denganku." Wajah itu sudah hampir menangis, sedangkan Hikari menahan tawa melihat Hinata.

"Kalau begitu kita ke sana saja ya, biar Hinata bertemu Naru. Bagaimana?"

Kepala itu buru-buru menggeleng, "Tidak mau!!" beberapa orang wanita datang menghampiri meja kedua ibu dan anak tersebut, mereka merupakan kenalan Hikari yang menyapanya. Hinata memilih untuk menenggelamkan wajahnya pada dekapan sang Ibu. Ia tidak suka disapa oleh orang asing, bahkan biasanya mereka akan mencubit pipinya.

"Hime!!"

Suara cempreng itu membuat Hinata buru-buru menoleh ke arah kanan. Senyuman lima jari dari seorang anak laki-laki pirang adalah apa yang dilihat olehnya.

"Naru!" Hinata meminta ibunya untuk menurunkannya dan langsung dituruti oleh sang Ibu.

Hikari tersenyum melihat Naruto, "Naruto-kun, selamat ulang tahun ya."

"Terimakasih Bibi." Hikari berkata pada Hinata bahwa ia akan menyusul ayahnya untuk menyapa orang tua Naruto, awalnya Hinata ingin ikut. Tetapi Naruto mencegahnya, dan berakhir Hikari pergi menyusul sang suami setelah berpamitan dengan rekan di mejanya.

This is Love (END)Where stories live. Discover now