Lima

1.9K 307 56
                                    

Hinata dan Shion kini berdiri di taman belakang sekolah. Tempat dimana saat itu Naruto menarik Hinata seusai latihan basket. Ada perasaan takut di hati Hinata, ia tidak mau sampai berfikiran negatif, tetapi Shion yang memanggil dirinya sekarang membuatnya sedikit cemas. Apalagi mengetahui jika gadis di depannya ini menaruh perasaan pada Naruto.

Shion membalikkan tubuhnya menghadap Hinata, gadis pirang itu tersenyum menatap Hinata. "Sepertinya hari ini akan turun hujan ya." Hinata masih diam, ia melirik ke atas sekilas, tak mengerti mengapa Shion berbasa-basi dengannya.

Keadaan taman masih cukup sepi sekarang, mungkin karena hari masih cukup pagi dan cuaca juga cukup dingin sekarang. "Ada apa Shion-san?" Shion yang kini duduk di bangku terdekat dengan mereka, kembali tersenyum menatap Hinata.

"Kemarilah! Duduk di sebelahku, aku hanya ingin sedikit mengobrol." Kebingungan Hinata semakin bertambah sekarang. Apa Shion akan merundung dirinya? Hinata menggelengkan kepalanya, Shion adalah gadis yang terkenal baik dan ramah. Tidak mungkin kan ia menghancurkan reputasinya di tahun terakhir sekolah?

Hinata melangkah perlahan ke arah Shion lalu duduk di sebelah gadis tersebut. Hening beberapa saat, "Hinata sedang dekat dengan Naruto ya?" pertanyaan sedikit membuat Hinata khawatir sekarang. Apa setelah ia menjawab Shion akan menarik rambutnya?

"A-aku.." gadis berambut pirang itu terkikik, membuat Hinata keheranan sekarang.

"Santai saja. Apa kau takut denganku?" Hinata mengusap tengkuknya, "Kau tidak perlu sungkan. Aku tidak bisa marah padamu ataupun Naruto. Toh ia sudah menolakku kan?"

Hinata masih enggan buka suara setelah mendengar pernyataan Shion, "Tetapi ada hal yang ingin aku katakana padamu. Tentang kabar mengenai Naruto."

Dahi Hinata yang tertutup poni kini mengernyit, jika Shion berusaha mempengaruhinya untuk meninggalkan Naruto karena kabar itu. Dia sepenuhnya tidak akan percaya pada Shion. "Aku sudah mendengarnya, dan itu bukan sebuah kebenaran. Aku percaya padanya."

Mata Shion melihat tatapan yakin dari Hinata, gadis itu tersenyum mengalihkan tatapan ke depan. "Bukan. Naruto memang bukan seorang gay seperti apa yang dibicarakan. Kami semua tahu hal itu merupakan kabar yang tidak benar."

Hinata mengernyit, "Lalu?"

Gadis pirang itu menyendu, "Aku sebenarnya tidak mau mengatakan ini, tetapi sebagai sesama perempuan, dan sahabat Naru aku harus mengatakannya. Selanjutnya aku serahkan padamu untuk mengambil keputusan." Hinata diam tidak menanggapi, "Naruto.. dia mendekatimu hanya untuk membuat orang-orang percaya jika dirinya bukan gay."

Hinata merasa sesak di dadanya, ia tahu seharusnya tidak mempercayai begitu saja dengan apa yang dikatakan Shion. Gadis itu berusaha mengendalikan ekspresinya setenang mungkin, "Kurasa aku tidak harus mempercayai kata-katamu Shion-san."

Shion kembali tersenyum, "Benar. Kau bahkan bisa menganggap jika aku berbohong, tetapi itulah kenyataannya." Mata amethyst itu bergerak gelisah, "Sebagai sahabat Naruto, aku tidak mau dia sampai berbuat jahat seperti itu. Jadi, sebaiknya kau pikirkan lagi untuk berhubungan dengan Naruto."

Shion pamit untuk pergi ke kelas ketika bel masuk berbunyi. Hinata masih di sana, memikirkan semuanya. Ia merasa takut, saat kini ia berusaha meyakini hatinya bahwa ia menyayangi Naruto, tiba-tiba hal lain datang membuatnya kembali di serang keraguan.

***

Naruto buru-buru melangkahkan kakinya ke kelas Hinata, ia belum bertemu dengan gadis itu sejak pagi tadi. Naruto berdiri di dekat pintu kelas Hinata untuk menunggu gadis itu keluar karena guru mereka yang masih belum membubarkan kelas. Beberapa saat kemudian murid-murid keluar dari kelas setelah Sensei yang mengajar meninggalkan kelas.

This is Love (END)Where stories live. Discover now