"Hosh.. Hossh!! Sial!!" Kris menghindari kejaran Taeil dan sekarang malah berada di atap sebuah gedung tua. Semua diluar rencana nya, kalau saja tadi mobilnya tidak bermasalah mungkin masih bisa lebih jauh lagi untuk melarikan diri.
Merasa terpojok, Taeil sudah berada tak jauh dari nya berjalan bagaikan malaikat pencabut nyawa.
"Aku sudah menghabisi anak buah mu loh!! Luhan dan Tao juga sudah jadi mayat" Taeil menyeringai senang. Bukan firasat baik bagi Kris. Dia tidak perduli dengan kedua rekan nya tapi dia sangat perduli dengan nyawa nya sendiri. Egois memang, tapi disaat begini apa sempat dia memikirkan orang lain?
"Tck!!" semakin Kris berjalan mundur malah terhalang oleh pagar pembatas atap. Sekali lagi dia mundur maka mati sudah.
DOR DOR DOR!!
Tembakan peringatan Taeil berikan dari jarak jauh, Kris juga memegang senjata yang sama hanya saja dalam keadaan panik dia tidak dapat fokus pada satu objek.
Tapi disaat seperti ini dia malah memikirkan sosok Fumie yang mungkin sekarang sedang menunggu nya. Meski terlihat bajingan tapi Kris menjaga gadis itu dengan sangat baik.
'Maafkan aku fumie' Kris menjatuhkan senjata nya dan mengangkat kedua tangan nya. Menyerah.
"Baiklah. Bunuh Aku sekarang!" ucapnya pasrah. Taeil menarik pelatuk nya, sekali benda itu terlepas maka Kris akan mati.
"Dengan senang hati" kali ini dia menjalankan misi bukan demi Jody atau siapapun tapi untuk melampiaskan hobby nya sebagai pembunuh. Sungguh aneh. Tak masalah jika Kris di bebaskan toh semua bukti sudah mereka hilangkan dan Taeik sudah berhasil membuat rekan2 nya mati. Tapi, sang ketua juga harus menerima hukuman nya.
"JANGAN!!! "
DOR! DOR!!
"aakkhhh!!! Brengsek!" Taeil melempar senjata nya refleks saat seseorang menembak tangan nya yang membuat nya lumpuh dalam sekejap.
Gadis itu berlari untuk mengaman kan senjata Taeil dan melempar nya kearah Kris ."Kau tidak boleh mati secepat itu. Tuan!!" ucap sang gadis sungguh-sungguh.
"Fumie-" panggil kris lirih.
Gadis itu berdiri di hadapan nya, menantangi Taeil.
"Jika kau ingin membunuh. Aku saja!! Karena-" Fumie menoleh kebelakang dan Kris menggelengkan kepala nya sebagai isyarat. Fumie akan melawan ucapan nya kali ini.
"Mereka yang mati dalam keadaan hamil memang sudah rela jika dirinya mati dan kau tahu kenapa? Karena jody pernah memberi peraturan jika para pelacur seperti kami tidak boleh hamil demi alasan apapun tapi, sebagian dari kami inginkan seorang anak meskipun harus merawat nya sendirian saat nanti. Jody akan membunuh setiap pelacur yang melanggar aturan dan ternyata banyak dari mereka menentang nya. Semua karena siapa? Karena Jody tidak membiarkan kami merasakan cinta walau sedikit saja. Saat kami terpuruk dan tidak ada keluarga, kami memang memilih untuk bergabung dengan rumah bordil karena aku pikir disana kami akan mendapatkan teman baru yang senasib, tapi kami sadar dengan kehidupan gelap seperti ini pasti akan ada ujung nya yaitu kematian. Baik wajar maupun tak wajar. Aku-" Fumie menarik nafas nya dalam-dalam tanpa melepas fokus nya dari Taeil.
"Aku, juga sedang mengandung seorang bayi dan Aku lebih baik mati daripada hidup terus dalam lingkar dosa seperti ini. Jadi, kau bunuh saja Aku. Ayo!!" gadis itu terlihat kalap. Dia benar2 tidak ingin melihat kris mati karena biar bagaiamana pun Kris yang sudah merawat dan memberikan kehidupan layak pada nya juga teman-teman sesama pelacur. Rumah bordil dalam clan shige tidak seperti penjara ataupun ruang isolasi. Malah lebih mirip dengan istana. Ya! Mereka memang telah memilih jalan sendiri untuk mati daripada harus di bunuh oleh Jody.
YOU ARE READING
Revenge 21+
FanfictionMasa lalu dan trauma suatu hal yang saling berkaitan seperti sebuah benang- membuat suatu sambungan yang tak putus meski di makan oleh waktu, selama sang pemilik masih memiliki nyawa dan nafas. Hingga tiba pada akhir dari ujung benang tersebut ya...