37. Kecupan singkat

6.1K 945 257
                                    

“Lo bisa kagak naik mobil jangan kayak jangkrik kesurupan, hah?!”

Cakra meremas kuat seatbelt yang melilit di tubuhnya layaknya ular piton yang melilit pohon jagung, ia duduk tak nyaman sembari mengkomat-kamitkan mulutnya membaca mantra pemberian mbah Jambrong yang merupakan salah satu dukun yang di rekomendasikan Nila supaya bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat.

Entah kerasukan setan jenis apa tiba-tiba Haris melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh bak seorang pembalap sepuh, Haris terus diam tak mendengarkan ocehan Cakra, ia kalang kabut, pikirannya selalu tertuju pada Nila, sudah berjam-jam lamanya ia membiarkan kekasihnya itu berduaan dengan musuhnya, ya! Daffa musuhnya sekarang.

Cepak-cepak jeder! Mobil Haris ngepot sampai terdengar bunyi ‘Ngookk...ngookk' bahkan ban mobilnya pun juga mengeluarkan percikan kembang api berbentuk love karena sangking kencangnya, Cakra hanya bisa menangis tersedu-sedu meratapi ketakutannya, ia akui dia dulu memang joki balap tapi tak pernah segila ini.

“Kresek! Kresek! Gue mau muntah sailan!”

Huek...

Setelah menemukan sebuah kresek hitam, Cakra langsung mengeluarkan semua makanannya dari dalam perut dan mengikat kresek itu lagi lalu diletakkan diatas pangkuannya.

Plak!

Cakra menepuk keras lengan Haris, supaya Haris mau mendengarkan ucapannya. Sekali, dua kali tak di hiraukan oleh Haris dan ketiga kalinya dengan tepukan maut akhirnya Haris menoleh menampakkan wajahnya yang sudah memerah.

“Apaan sih Cak?! Bisa diem gak? Kita harus sampai ke rumah sakit sekarang!”

“Ya lo pelan-pelan dong Har! Gue masih pengen hidup, gue masih pengen nyicil adik buat Sakra sama Nila! Hiks...hiks...”

Haris menggeleng heran, ia berdecak sebal, mengacak-acak rambutnya dengan kasar tapi tak mengubah laju mobilnya, ia sudah tak tenang, dalam otaknya sudah berpikiran yang macam-macam, ia frustasi, marah, semua yang ia rasakan ia lampiaskan dengan laju mobil itu.

Gue gak akan biarin mereka berduaan lagi setelah ini!

Lima menit kemudian mobil mereka sudah terparkir di area rumah sakit, dengan segera Haris keluar dari mobil dan berlari supaya bisa cepat sampai di ruang perawatan Nila meninggalkan Cakra yang sudah pingsan tak sadarkan diri akibat ketakutannya.

Clek!

Pintu terbuka dengan kasar menampakkan tubuh Haris yang basah akibat keringatnya, dari dalam sana ia melihat masih ada Daffa yang duduk di samping ranjang Nila dan juga Nisa yang sedang menyiapkan makan siang untuk mereka.

“Loh kak Haris? Kak Cakra mana?”

“Hilang!”

Haris melangkah masuk, ia terus menatap Daffa dengan tatapan tajamnya, ia tak menyangka jika Daffa juga tak kunjung pulang malah duduk bersantai menonton serial televisi dengan Nila. Ia berdecih sinis ketika tak mendapat sambutan sama sekali dari Nila, tak mungkin juga jika kekasihnya itu tidak menyadari kedatangannya.

“Nila...”

Nila diam, anak itu sibuk menelan buah timun limited edition yang di belikan sang ibu di pasar tadi sebelum datang ke rumah sakit, ia masih tetap pada pendiriannya untuk membuat Haris terbakar cemburu.

“Daf, boleh ambilin minum gak?”

Daffa menoleh lalu mengangguk, lelaki itu pergi menghampiri Nisa dan meminta segelas air minum pada wanita itu lalu kembali lagi menghampiri Nila. Sesaat akan menyodorkan gelasnya tiba-tiba Haris langsung merebutnya dan meneguk tandas air minum itu dengan sekali tegukan.

QueeNila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang