55. A Day in Braga

68 5 1
                                    

Hi reader! Selamat pagi, siang, sore, malam?

Kamu baca part ini jam berapa?

"Kok pada liatin gue sih," batin Kezia ketika menyadari semua murid di sepanjang koridor menatapnya dengan berbagai macam tatapan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kok pada liatin gue sih," batin Kezia ketika menyadari semua murid di sepanjang koridor menatapnya dengan berbagai macam tatapan.

"Cih, masih junior aja kelakuannya udah kaya gitu," sindir salah satu siswi yang berada disebelahnya.

"Sok-soan nuduh orang demi cowok, gatau malu amat lo," timpal salah satu siswi lainnya.

"Maaf, maksudnya apa ya?" tanya Kezia bingung.

"Makanya buka gc sekolah, punya hp kok gak digunain. Udah ah ayok, males punya adik kelas munafik," sinis kaka kelas tersebut lalu berjalan meinggalkan Kezia yang masih diperhatikan oleh teman-temannya yang lain.

Gadis itu sontak menutup mulutnya kaget ketika melihat video rekaman saat ia sedang berada di belakang sekolah tadi, bahkan rekaman cctv saat ia menyogok anggota jurnalistik pun ada di grup tersebut. Begitupun dengan video aksi pembuliannya yang sudah dikirim ke grup oleh nomor tak dikenal di ponselnya.

"Paman, buka pintunya !" pinta Kezia seraya mengetuk pintu didepannya tak sabaran. Selang beberapa detik pintu terbuka, menampilkan pria paruh baya dengan setelan jas abu-abunya.

"Ada apa lagi Zia ...? Ganggu banget kamu, paman lagi sibuk," ujar pria tersebut terdengar lelah.

Kezia berdecak, "Paman! Pokonya Zia mau pindah sekolah!" pintanya ngegas.

"Pindah? Kamu ini aneh-aneh aja, nggak boleh."

"Plisss ..., sekali ini aja. Ya? ya?"

"Nggak, lagian kenapa sih pindah-pindah sekolah segala, ada masalah?" Kezia hanya terdiam.

"Kalau memang bener ada masalah berarti kamu mainnya cemen, masa sih lari dari masalah." Pria itu tertawa pelan.

"Ih paman sok tau banget sih!"

"Ya makanya kasih tau alesannya."

"Ya bosen aja," ucapnya santai.

"Nggak boleh, papa kamu juga pasti gak bole-

"Eits paman sok tau lagi, papa pasti turutin apapun yang aku mau. Jadi tolong sekarang, paman urusin ya surat kepindahan aku, makasih." Gadis itu tersenyum kemudian berlari menuju kelasnya untuk mengambil tas.

Kezia sudah terlanjur malu karena sisi iblisnya sekarang sudah terbongkar. Tanpa pikir panjang, gadis itu tentu saja lebih memilih untuk pindah sekolah daripada makin disudutkan oleh teman-temannya nanti.

▪︎▪︎▪︎

"Awww gue juga mau dong punya rumah tetanggan kaya gini, bakal sweet banget deh kayanya ...," ujar Kaila heboh ketika sudah sampai di depan rumah Valencia.

VALESA (END)Where stories live. Discover now