32 | Deadly Silence

459 167 53
                                    

Tadashi Reyes mulai terbiasa dengan rutinitas barunya, meskipun ia masih sedikit membencinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadashi Reyes mulai terbiasa dengan rutinitas barunya, meskipun ia masih sedikit membencinya. Pemuda itu mengurangi jam bersantainya bersama Robert dan memilih pulang lebih cepat untuk belajar. Setelah makan malam, ia kembali 'merokok' bersama sang kakek. Sebenarnya, Dakota menentang keras menamai kegiatan berlatih bersama cucunya dengan kata terlarang itu, tetapi itulah yang Tadashi rasakan; merokok dengan dedaunan teh dan mint tanpa menyebabkan adiksi.

Kurangnya hiburan dan istirahat membuatnya mengalami burnout syndrome. Tadashi khawatir otaknya justru tidak bisa diajak bekerja sama ketika ujian akhir tiba. Maka, ia memutuskan untuk berhenti belajar selama beberapa hari dan menyimpan energinya untuk berlatih bersama Dakota. Berkali-kali bertemu Wendigo di dalam mimpi tidak membuatnya terbiasa. Justru sebaliknya, Tadashi semakin paranoid makhluk berkepala tengkorak rusa itu mendatanginya di dunia nyata, ditambah lagi cerita masa kecil Robert terdengar sangat meyakinkan.

Di malam yang sunyi, pendengaran Tadashi menjadi lebih tajam. Suara sekecil apa pun terkadang membuatnya ketakutan setengah mati. Kedua netranya selalu mengarah ke jendela, mengantisipasi ada sesuatu yang bergerak dari luar sana, seperti sekarang ini. Pemuda beretnik asia-kaukasia itu duduk bersila di lantai kamar yang dilapisi karpet, menunggu sang kakek meracik ramuan herbal untuk latihannya malam ini.

Untuk mengurangi paranoianya, ia beranjak dan melangkah ke arah jendela, kemudian menguncinya. Pemuda itu memicingkan mata, merasa kesulitan untuk melihat keadaan di luar akibat adanya kabut yang cukup tebal. Namun, ia tidak mau ambil pusing, justru dirinya bersyukur tidak bisa melihat apa-apa yang mungkin akan menambah ketakutannya. Ia menutup tirai, kemudian berbalik dan kembali ke tempat semula.

Menit demi menit berlalu, tetapi Dakota tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Merasa tidak nyaman dengan keheningan yang mencekam, ia memutuskan untuk mendengarkan lagu di ponselnya. Baru saja hendak memakai earphone di telinganya, suara ranting patah dan semak belukar yang saling bergesekan dari arah luar mengalihkan atensinya. Refleks, Tadashi menoleh ke arah jendela yang kini telah tertutup.

Tanpa sadar Tadashi menahan napas, jantungnya berdegup lebih cepat. Pemuda itu tidak bergerak sama sekali selama beberapa detik. Setelah pendengarannya tidak lagi menangkap suara pergerakan dari luar, ia mengembuskan napas lega.

Suara ranting yang patah itu kembali terdengar, membuat Tadashi nyaris terlonjak, kali ini dengan intensitas yang lebih sering, seolah-olah ada lebih dari satu orang yang mondar-mandir di depan rumahnya. Tadashi duduk meringkuk dengan kedua lutut yang ditekuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menggenggam erat kalung taring serigala yang melingkar di lehernya.

"It's okay, Tadashi, Wendigo itu tidak akan bisa menyakitimu. Grandpa akan melindungimu," bisiknya pada diri sendiri, nyaris tidak terdengar akibat ketakutan setengah mati.

Setetes peluh mengalir di pelipisnya. Adrenalin pemuda itu kian terpacu seiring dengan suara ranting patah yang semakin dekat jaraknya. Pendengaran Tadashi mengikutinya, langkah kaki tersebut bergerak ke belakang rumahnya. Pikiran-pikiran negatif menjejali kepalanya, tetapi ia berusaha menepisnya dengan berpikir rasional. Ya, itu mungkin saja Dakota. Namun, mengapa pria itu pergi ke luar? Bukankah sang kakek meracik ramuan tersebut di dapur?

Dream Walker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang