48 | The Red Eyes [Part 3]

384 109 41
                                    

Bulan purnama bersinar terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan purnama bersinar terang. Retina Tadashi menangkap bayangannya di permukaan air. Pemuda itu tersungkur tidak berdaya di depan peti kayu dan pemuda berambut perak itu. Dari pantulannya di air, Tadashi dapat melihat pemuda itu sedang berjongkok mengawasi dirinya. Sepasang mata jingganya yang bercahaya begitu mencolok.

"Apa itu tadi?" Tadashi berucap parau sambil berusaha bangun. "Apa itu ilusi yang kau buat? Aku tidak ingat pernah mengalami semua itu."

"Tadashi, Tadashi, Tadashi." Pemuda berambut putih itu berdecak beberapa kali sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia mencolek-colek kening Tadashi. "Itu ingatan masa kecilmu yang telah dihapus Kagumi."

"Apa?" Lalu Tadashi tertegun, menatap sepasang mata kembarannya. Apa pemuda itu berbohong? Apa benar Kagumi telah menyembunyikan banyak rahasia darinya? Ia merasa sedikit kecewa, tetapi dirinya tahu sang ibu tidak akan melakukan hal itu tanpa pertimbangan apa pun. Sambil menunduk, ia mendesah pelan. Banyak hal yang terasa mengganjal di kepalanya. "Tapi kenapa?"

"Mana kutahu! Tanya saja sendiri!" ketus pemuda bernetra jingga itu.

"Bukan, maksudku, mengapa kau tunjukkan semua hal itu padaku?"

"Ah, soal itu." Pemuda itu terkekeh. Ia kemudian duduk di sebelah Tadashi yang sedang bersusah payah untuk bangun. Ia menciprati wajah Tadashi dengan air.

"Can you stop doing that?" Karena kesal, Tadashi mendorong pemuda berambut perak itu hingga terjatuh dalam posisi duduk, tetapi ia hanya tertawa meskipun keseluruhan bajunya basah.

"Sebenarnya, sebagian besar memori yang ibumu hapus tidak memiliki efek signifikan. Namun, beberapa diantaranya justru memicu kebangkitan kekuatanmu yang sesungguhnya. Ketika ia menghapus ingatan itu, sama saja dengan membungkam kemampuan sejatimu. Dan kau tahu apa yang terjadi jika seseorang mengubur energi yang sangat besar terus menerus?" Pemuda berambut perak itu melakukan gestur tangan seolah-olah bom yang meledak. "Boom! Energi tetap akan keluar pada akhirnya."

"Apa semua ini ada hubungannya dengan mata merah itu?" tanya Tadashi.

Pemuda berambut perak menjentikkan jari. "Ah, ya! Mata merah!" Dengan cepat ia beranjak dan membuka kembali peti di sebelah Tadashi. Dari dalam sana, ia mengeluarkan kotak kecil berbahan bludru merah. Dilihat dari penampilannya, Tadashi tahu itu adalah kotak perhiasan. Dugaannya benar ketika si pemuda yang identik dengannya itu mengeluarkan sebuah cincin emas dengan permata kecil dari dalam sana. "Lihat ini! Tidak asing, bukan?"

Tadashi mengambil cincin emas itu dari tangan si pemuda berambut perak. Diamatinya benda itu hingga Tadashi merasakan sesuatu yang aneh. Pandangannya perlahan-lahan kabur. Ia mendongak, mengedarkan pandangan ke lingkungan sekitar yang terasa seperti berbayang, begitu pula dengan wajah pemuda di hadapannya yang lama kelamaan semakin memburam. Meski begitu, sosok menyebalkan di hadapannya itu hanya menyeringai. Tadashi berkedip berkali-kali untuk kembali fokus. Tiba-tiba saja, genangan air dan bulan purnama di hadapannya lenyap. Kini, dirinya sedang menatap langit-langit berwarna putih bersih dengan lampu yang sedang padam. Tadashi seperti berpindah ke lokasi lain dalam hitungan detik.

Dream Walker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang