<3>

5 9 0
                                    

Wajahnya berseri-seri seperti biasa. Putih dengan sedikit makeup segar yang match membuat cewek itu nyaman dipandang. Beda lagi dengan Tati, seberapa mencoloknya makeup yang digunakan untuk menutupi kantung mata tebal dan wajah nya yang sayu, raut mengantuk dan messy nya tetap tampak jelas.

Kadang Tati heran juga, kenapa Rely bisa stay shine like gloss gitu padahal tidur juga paling hanya dua sampai tiga jam-an semalem. Sampe kadang dia dan Josia nuduh Rely pake narkoba.

Setelah menaruh setumpuk buku di meja Bu Nadin, di ruang guru, cewek itu harus kembali lagi ke ruang TU, mengisi tinta spidolnya untuk jam pelajaran selanjutnya.

"Gimana, Rel? Lo udah ngecek, pak Saifun hadir?" Tanya Januar, sang ketua kelas. Rely tersenyum dan mengangguk, "iya, tapi rada telat dikit. Makanya mumpung ada waktu gue mau ngisi ni spidol." Jawabnya, kemudian berjalan.

"Ngapain lo ngikut? Bukannya jaga anak-anak juga." Desah Rely ketika Januar malah mengekorinya.

"Anak-anak aish, gue kepala keluarga terus lo ibu rumah tangganya. Tenang aja sih, lagian anak-anak kita juga udah gede-gede kayak bagong, masa masih disuruh jaga." Ujar Januar membuat Rely memutar bola mata nya dan tertawa lebar.

"Gobs."

Ia menyesal telah mengatakan itu tadi. Padahal yang ia maksudkan adalah teman-teman sekelas mereka yang super bandel–kelas mereka dikenal dengan kejeniusan yang superior. Tapi, entahlah.

Januar lah juga yang menunjuk nya menjadi calon wakil nya ketika awal ajarab baru waktu itu dan Rely tidaklah menolak. Ketika diadakan voting, tentu saja cewek itu mendapat suara terbanyak.

Rely jadi punya ide. Secara ruang TU lumayan jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Jadi, kenapa tidak?

"Yaudah karena lo kepala keluarga X-IPA-1, bisa tolong pengangin ini gak, yang." Kata Rely yang membalikkan badannya menghadap Januar dan berjalan mundur. Rely menyodorkan dua buah spidol hitamnya dan Januar terima dengan kebingungan.

"Isiin ya, ganteng." Pungkas cewek itu sambil mengeluarkan senyuman manisnya yang bisa bikin setiap cowok keder. Kemudian berancang-ancang akan pergi "Byee. Makasih Januari!"

"Ini tugasnya sekretaris napa jadi gua dah." Protes nya tidak terima.

"Rel! Rel!" Panggil Januar seraya mengacak rambutnya dan meninju udara.

*****

"Rel! Hoaammnn, bolos yuk. Eh, Rely mana sih?" Ajak Tati yang terkulai lesu dibangku Rely. Josia berdecak saja. Pasalnya, cewek itu juga sudah bosan menceramahi Tati yang akan selalu membalas perkataannya dengan tiada ujung.

"Ngisi spidol."

"Yuk, Jos! Kita bolos."

"Gak dulu untuk jalan sesat lo. Makasih." Respon Josia singkat. Cewek itu lagi betkutat dengan tugas Matematika nya yang belum selesai dan memutuskan untuk menyusul mengumpulkannya pada Bu Nadin nanti, sewaktu istirahat.

"Dih, lo gitu amat sih."

"Gue lagi pusing nih, elah. Semalem gue gak punya waktu buat pahamin materi ini. Jadinya ya gini." Sambat Josia yang fokusnya kini beralih pada kalkulator dihape.

"Lo tuh jadi orang jangan serius-serius amat napa dah! Nikmatin hidup." Kata Tati tanpa merubah posisi nya.

"Nikmatin hidup, nikmatin hidup. Justru jangan leha-leha mulu lo! Pikirin masa depan." Sergah Josia yang mencoret-coret lembar buku belakang dengan angka-angka.

RELYCIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang