<4>

2 6 0
                                    

"Ahaha, gak bisa, gue nanti ada jadwal photoshoot."

"Aelah, Rel. Susah deh ya kalo temenan sama selebgram." Sindir Tati seraya menaruh tas cangklong nya ke dalam loker.

Sementara, Rely yang membuka lokernya untuk mengambil kostum olahraganya itu hanya memutar bola mata, dan akan menuju ke bilik ganti di toilet namun diurungkan ketika terdengar keributan di aula. Karena penasaran, cewek itu menarik tangan Tati ke sumber suara. "Eh, eh, Rel. Bentar!"

"Duh, lo tuh."

"Apasih?"

"Ada paan tuh?" Tunjuk Rely.

"Oh, itu? mading lambe turah bahan gibah kita kemaren."

"Mau liat ah."

"Yee, Rel. Tungguin dong."

"Tadi katanya ogah!" Cibir Rely yang langsung melengos pergi kearah murid-murid yang berkerumun di aula itu.

"Gak heran sih, tertutup banget."

"Selama ini gue perhatiin, tuh cowok dipojokan melulu! Jangan-jangan dia suka nonton tusuk-tusukkan pantat lagi? Ewhh."

"Lobang e'ek."

"Gua gak nyangka."

Rely menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendengar komentar siswi-siswi yang berkerumun dimading. Bukan maksud Rely membenarkan cowok itu. Tapi masalah homo-perhomoan kayak gini udah hal biasa buat dia. Cewek itu maklum saja saat melihat reaksi murid-murid yang berlebihan. Sebab di negara ini, LGBT sudah merupakan sesuatu yang dianggap hina.

Ada satu cowok dikelas Rely, namanya Andreano. Cowok itu juga penyuka sesama jenis. Dia juga sering curhat ke Rely, karna cuma cewek itu yang mau dengerin tanpa main hakim—dan, dalam satu tahun mereka dikelas yang sama, hanya Rely seorang yang tahu tentang rahasianya ini.

Gimanapun, perasaan orang gak bisa dipaksain, kan?

"Cakep doang, apa gunanya kalo belok? Ya gak?" Seru Aldo lantang.

"Nah! Bener! Batang diciptain buat lobang! Dosa tau, ngelawan apa yang digarisin sama Tuhan!" Timpal Rio dengan berkobar-kobar juga. Gak tau juga sebenernya mereka punya dendam kesumat apa.

"NAH! MASIH MAU, TEMENAN SAM—Hai Rely." Provokasi nya terhenti ketika melihat Rely yang menyugar kerumunan siswi yang hanya bisa ber-reaksi mendecak dengan tatapan jengkel didepan papan mading itu. Definisi mau ngumpat tapi sungkan.

"Hai juga." Balas Rely sambil tersenyum seperti biasanya.

"Aduh manis banget, bisa diabetes gue lama-lama." Gombal Aldo.

"Bisa aja lo buaya kloset." Respon Rely masih dengan senyumannya. Muka Aldo langsung berubah masam. Sementara Rio, yang berdiri disebelahnya auto ngakak. "BUAYA KLOSET! BWAHAHAHA."

"Muncrat nih tolol." Umpat Aldo sebal ketika muka masamnya harus kena air liur Rio juga.

"Maksud Rely, lo tuh sok-sok an ngegombal tapi kayak dipaksain gitu. Ya kan, bener, cantik?"

"Diem." Sahut Rely dingin. Aldo menyeringai puas.

"Ta, bilangin temen lo dong! jangan judes-judes sama gue. Kalo sama kunyuk ini aja senyum, masa sama gue gitu. Masa gue diperlakukan berbeza. Apa iya, dia takut jatuh cinta sama gue? Plis, alasannya apa?"

RELYCIOUSWhere stories live. Discover now