CHAPTER|Seven

46 17 2
                                    

Keesokan harinya Haechan dan teman-temannya yang lain mendapat kabar bahwa Nara sudah siuman.

"Baru juga kemaren gue bilang dia bakalan balik lagi ke tubuh nya," ucap Haechan menghela napasnya pelan. Ia senang ketika mendengar kabar dari Doyoung pagi tadi bahwa Nara sudah sadar dari koma nya.

Perkataan Haechan terdengar jelas oleh Arin yang kebetulan sedang melewati dirinya untuk menagih uang kas kelas. Seketika Arin menghentikan langkahnya, ia menghadap ke arah Haechan yang sedang asik mendengarkan musik di headset miliknya itu sembari melipat tangan dengan mata tertutup.

"Maksud lo Chan?"

Haechan yang mendengar hal itu langsung membuka mata dan melepas headset yang menempel di telinganya itu. Ia menatap Arin dan berusaha tenang.

"Chan maksud lo apaan?" ulang Arin menanyakan apa maksud Haechan tadi.

"I-ituㅡ Kepo banget sih lo!!" ujar Haechan kemudian meninggalkan Arin begitu saja. Ia berusaha menghindari Arin agar tidak terus mendesak dirinya untuk menjawab atas apa maksud perkataannya.

"Jaem lo tau maksud si Haechan tadi?" Arin melempar pertanyaannya pada Jaemin yang sama-sama menatap Arin bingung harus menjawab apa.

Tapi sedetik kemudian, "Gak tau." ujar Jaemin singkat dan berusaha menghindari kontak mata.

Arin yang mendengar hal itu langsung membuang napasnya kasar, kemudian kembali menatap buku yang saat ini sedang ia pegang.

"Yaudah bayar uang kas."

***

Di lain tempat Nara saat ini sedang bersedih, perasaannya campur aduk. Ia tidak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi yang menurutnya itu semua benar-benar tidak masuk akal.

Jeno yang masih setia menemani Nara hanya menatapnya, ia pun tidak tau harus berbuat apa. Bahkan masalah kematiannya pun masih tidak di mengerti oleh dirinya sendiri, apalagi sekarang di hadapkan dengan masalah teman baru nya yang benar-benar sulit untuk di mengerti.

"Jeno...." lirih Nara. Matanya masih terpejam dengan rapat. Sesekali ia menghela napas panjang seperti orang yang sangat putus asa.

"Hm?" jawab Jeno singkat.

"Jeno apa gue bener-bener mati?"

"Jeno gue harus gimana? Gue takut..."

"Apa gue bisa balik lagi ke tubuh gue? Kok bisa arwah lain ngambil alih tubuh gue?"

Nara meracau sendiri, sesekali terdengar isakan yang keluar dari mulutnya. Dan itu membuat Jeno merasa kasihan kepadanya. Padahal Jeno berpikir ia akan meninggalkan Nara dan fokus untuk memecahkan kasus kematiannya sendiri. Tapi melihat Nara seperti saat ini, membuat Jeno mengurungkan niatnya untuk sementara.

"Aku tidak tau," ujar Jeno dengan polos.

Nara membuka matanya, menoleh ke arah Jeno yang sama-sama sedang menatap dirinya. "Kasih solusi kek!" kesal Nara.

"Hanya itu jawaban yang ku punya untuk saat ini," jawab Jeno.

"Kamu tidak akan ke kamar mu?" lanjut Jeno bertanya, yang langsung di balas gelengan kepala.

"Gue pengen banget Jeno. Tapi gue gak sanggup liat orang tua gue bahkan abang gue sendiri berinteraksi dengan orang yang jelas-jelas di dalam tubuh itu bukan gue,"

ARCANE | Lee JenoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora