CHAPTER|Twelve

39 11 0
                                    

Di sebuah cafe yang ada di daerah Daegu seorang lelaki yang masih terlihat muda sedang duduk sambil sesekali memeriksa ponselnya beberapa kali. Ia melihat kiri kanannya mencari seseorang yang akan ia temui segera.

Sampai akhirnya lelaki tersebut melambaikan tangannya tanda memberi kode bahwa dirinya berada di meja paling pojok tempat ia duduk sekarang.
Orang yang ia beri kode mengangguk lalu menghampiri dirinya.

"Sudah lama?" tanya lelaki yang baru datang.

"Tidak. Baru 5 menit yang lalu aku duduk disini,"

"Baiklah,"

"Ah ada urusan apa sampai kau mengajak ku untuk bertemu. Ada sesuatu?" lanjutnya.

"Ah ya... Aku ingin membahas sesuatu,"

"Apa itu?"

Lelaki tersebut mencondongkan badannya ke depan. Sedikit berbisik, "Kasus penembakan 4 tahun yang lalu."

Lelaki yang berada di hadapannya membulatkan mata. "Ah Jaehyun.."

"Wae?"

"Untuk apa mengungkit kasus itu lagi? Lebih baik kau diam saja."

"Ya aku ingin diam saja. Tapi kemarin aku tidak sengaja mendengar Jaemin  bersama temannya membahas tentang seseorang yang bernama Jeno,"

"Hei! Yang namanya Jeno itu banyak Jaehyun,"

"Aku tau. Tapi mereka membahas tentang arwah gentayangan bernama Jeno. Kalo tidak salah teman si nakal itu bisa melihat hantu,"

"Dan kau percaya terhadap hantu yang gentayangan? Kau percaya tentang mitos dan hal yang berbau mistis? Wahhh ini bukan Jaehyun yang ku kenal." ucap lelaki tersebut tidak percaya.

"Yang benar saja Yuta. Aku tidak percaya hanya saja aku tidak ingin jika kasus penembakan ini banyak orang yang tau. Terlebih si bocah nakal itu."

" ' Bocah nakal?' jangan begitu dia adalah adikmu" ucap Yuta terkekeh.

"Tetap saja dia adik tiri ku." ucap Jaehyun membuang muka.

"Aishh jangan seperti itu kau harus menjadi kakak yang baik walau kalian bukan saudara kandung,"

"Dan satu lagi. Kau jangan khawatir Jaehyun kasus ini tidak akan ada yang tau. Yang penting kau diam saja seperti orang yang tidak tau apa-apa."

***

Setelah meminta izin Jeno dan Nara memutuskan untuk langsung pergi menuju sekolah Nara.

"Jeno beneran ya kamu gak papa?"

"Kamu khawatir?" tanya Jeno.

"Enggak. Aku cuma nanya aja," ujar Nara memalingkan mukanya.

"Pembohong."

"Siapa?" Nara menoleh kepada Jeno dengan muka menuntut penjelasan.

"Laba-laba!" ucap Jeno dengan sedikit histeris.

"Apasih?! Gak jelas banget."

"Tidak. Di kepalamu ada laba-laba!"

Nara membulatkan matanya sontak ia langsung menyentuh kepalanya berusaha untuk mengusir laba-laba yang Jeno katakan tadi. Nara terus berusaha sampai rambutnya berantakan dan ia tidak melihat laba-laba tersebut jatuh ke tanah.

Nara mendongak melihat Jeno yang sedang tertawa dalam diam melihat Nara yang kesusahan mengusir laba-laba yang ada di rambutnya.

ARCANE | Lee JenoOù les histoires vivent. Découvrez maintenant