Beberapa malam terakhir ini, Al sering bermimpi tentang permintaan terakhir Rara. Semuanya terasa begitu nyata bagi Al. Dan itu sangat mengganggu Al akhir-akhir ini. Hingga dia menjadi lebih sering berziarah ke makam sang istri. Tapi tetap saja, mimpi itu masih juga dialaminya.
Di tengah kekalutannya tentang mimpinya, Al juga dibuat heran oleh sang Mama. Sepulangnya Al dari kantor atau dari pemakaman, Al sering tidak menemukan Mamanya berada di rumah. Bibi ART hanya mengatakan kalau Nyonya sering keluar untuk makan siang di luar dengan temannya. Dan sering juga pulang setelah sore hari.
Saat Al menanyakan tentang itu, Mama seakan enggan untuk terbuka. Tapi Al bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Mamanya.
Sore ini mobil Al pun baru memasuki halaman rumah. Sesaat setelah mobilnya terparkir, dia pun keluar dari mobil. Pandangannya tak sengaja menangkap sosok sang Mama yang baru saja keluar dari mobil seseorang. Dan Al pun mengernyit heran ketika melihat sosok pria yang berada di balik kemudi mobil yang mengantar Mamanya.
Dan saat mobil itu beranjak pergi, Mama tampak melambai sebentar, baru kemudian masuk ke halaman rumah.
Dan tunggu!
Al seperti menangkap rona kebahagiaan di wajah sang Mama. Al melihat keceriaan di wajah ibu kandungnya itu.
"Mama baru pulang? Dari mana?" tanya Al sambil mencium punggung tangan Mamanya.
Mama tampak tertawa kecil. Dia lalu memeluk lengan kekar Al dan membawanya untuk berjalan beriringan.
"Kamu tahu gak, sayang? Mama bahagia banget hari ini," ucap Mama sumringah.
"Oh ya? Bagus dong. Beritahu aku..... apa yang membuat Mama terlihat ceria dan bahagia seperti ini?" balas Al.
Mama memperlihatkan jemarinya di hadapan Al. Beliau lalu tampak tersenyum malu.
"Mama beli cincin berlian baru ya?" tanya Al tersenyum sambil memegangi jemari Mama yang memakai cincin baru.
Mama tertawa sambil memukul kecil tangan Al. "Kamu ini, dasar ya! Umur udah 26 tapi belum mengerti juga arah pembicaraan Mama."
"Maksud Mama apa sih, Ma?" tanya Al penasaran. Dia mulai mencurigai satu kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Mama dilamar teman Mama, sayang," ucap Mama sumringah.
Nah, benar kan dugaan Al.
"Tapi, Ma-.........." protes Al terpotong sang Mama lebih dulu.
"Pokoknya gak apa-apa kalau kamu gak mau menikah lagi. Mama gak akan maksa. Mama aja yang menikah lagi. Lagi pula..... Om Dito itu salah satu mantan Mama dulu waktu SMA. Dia sekarang udah jadi duda. Kalau Mama menikah dengan Om Dito kan Mama bisa mengusahakan untuk punya anak lagi," tutur Mama.
"Hah?" sahut Al kaget.
"Mama udah konsultasikan dengan Dokter kandungan kok, tenang aja. Mama masih bisa punya anak lagi dengan berbagai metode kehamilan jaman sekarang yang gak harus Mama sendiri yang mengandung," lanjut Mama.
"Mama bercanda kan, Ma?" tanya Al frustasi. Pasalnya, Mamanya itu memang sulit hamil lagi sejak dulu. Tapi bukankah itu hal yang sangat gila menurutnya.
"Mama serius, sayang," balas Mama.
"Kenapa Mama mendadak kenal lagi dengan Om Dito-Dito itu? Mama bohongi Al ya?" cecar Al.
"Kami ini masih sama-sama aktif di grup Alumni SMA ya, Al. Mama juga pernah bertemu dengan Om Dito itu beberapa kali waktu Mama jalan keluar. Dan belakangan ini kami mulai dekat lagi. Dan tadi..... dia melamar Mama," ungkap Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Kedua (END)
General Fiction{18+}..... ***》SEKUEL dari cerita KITA Bulir keringat dingin tampak membasahi wajah itu. Raut kegelisahan yang terpancar dari wajah yang masih terlelap itu, menunjukkan bahwa dia mengalami mimpi buruk. Dengan sedikit napas terengah, dia tersentak ba...