*》Empat Puluh Dua

3.5K 179 1
                                    

Hampir pukul sembilan pagi, Al baru keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi. Dia langsung menuju ke dapur dan menemukan sosok yang dia cari.

"Selamat pagi, La. Maaf Mas terlambat bangun..... Kamu udah sarapan?" tanya Al sembari melingkarkan tangannya ke perut Viola, memeluknya dari belakang.

Mulanya, Viola sedikit kaget. Tapi setelah mendengar suara Al, perempuan itu tersenyum sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Belum makan nasi sih, Mas..... tapi udah nyemil roti tadi."

Al mengecup pipi Viola. "Maaf ya, karena menunggu Mas bangun..... kamu dan baby Al jadi terlambat sarapan."

"Gak apa-apa, Mas. Wajar Mas tidur lagi sehabis sholat Subuh, semalam Mas mimpi buruk sampai Mas menangis dalam tidur dan membuat Mas gak bisa tidur lagi," ucap Viola.

Semalam Viola memang terbangun karena terusik suara tangisan Al. Perempuan itu kaget saat membuka mata dan mendapati sang suami tampak terisak dalam tidurnya. Sembari beristighfar, Viola pun berusaha membangunkan Al.

Dan tanpa Viola duga, setelah suaminya itu membuka mata dan beristighfar, pria itu lalu memeluknya erat. Hingga setelah beberapa lama kemudian, Al merasa lebih tenang dan menyuruh Viola untuk kembali tidur. Al sendiri langsung melakukan sholat malam setelah memastikan Viola tidur lagi. Al tidak ingin mengganggu waktu istirahat Viola dan bayi mereka.

Selepas sholat malam, Al hanya duduk sambil berdzikir. Karena kedua matanya tak bisa lagi terpejam, Al pun memilih menunggu waktu Subuh sambil merenung. Mimpi yang di alaminya terasa nyata, membuat dirinya yakin jika Rara memang sudah tenang di sana.

"Duh, yang udah berbaikan..... semakin mesra aja nih," goda Vano yang tiba-tiba masuk ke dapur.

Al tertawa, lalu melepaskan pelukannya. "Mas kira kamu udah berangkat kuliah, Van."

"Kalau aku gak ada di rumah, Mas sama Mbak Vio pasti nempel terus. Iya kan?" balas Vano.

Al kembali tertawa. "Ya udah, yuk ke depan. Eh..... kamu belum sarapan juga ya?"

"Belum sih, Mas..... tapi udah minum teh sama nyemil tadi," balas Vano.

"Ya udah, kita sarapan dulu yuk, La. Tapi tolong buatkan Mas jeruk hangat dulu ya," pinta Al.

Viola tersenyum sembari mengangkat gelas berisi air perasan jeruk. "Udah aku siapkan, Mas. Tinggal menambahkan air panas aja."

"Wah, perhatiannya istri Mas ini," ucap Al.

Lalu dia mengecup kening sang istri. Vano pun pura-pura menutup kedua matanya dengan telapak tangannya, tapi tampak tersenyum geli.

"Ayo, Van..... jadi sarapan gak?" tanya Al setelah mengecup kening Viola, tapi Vano masih menutup matanya.

"Oh, udah selesai to? Aku kira mau lanjut kecup dan cium bagian lainnya," sahut Vano sembari menurunkan tangannya dan tertawa lebar.

"Dasar!" balas Viola memelototi sang adik dengan garang.

Vano pun segera kabur dari dapur dan kemudian disusul oleh Al juga.

"Harusnya tadi kamu gak perlu menunggu Mas, Van. Kamu bisa sarapan lebih dulu," ucap Al setelah mereka duduk di meja makan.

"Gak apa-apa, Mas..... Mumpung Mas Alfian dan Mbak Vio masih ada di Jogja. Biasanya aku kan makan sendirian," balas Vano.

Al menepuk lengan Vano. "Kamu semangat terus ya belajarnya, demi tercapainya cita-cita kamu. Jauh dari keluarga itu memang berat..... tapi ini adalah konsekuensi dari pilihan yang kamu buat. Belajar yang benar untuk masa depan cerah seperti yang kamu impikan."

Jodoh Kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang