Bola mata Nadia nyaris melompat keluar karena terkejut. Dia menatap tak percaya wajah Al yang terlihat tidak sedang bercanda. Jadi yang dikatakannya sungguhan?
"Is... tri... kamu? Bagaimana..... bisa? Lalu Keyra? Kamu berpisah dengannya..... dan menikahi perempuan ini?" tanya Nadia.
"Aku dan Viola udah menikah setahun ini," jawab Al.
"Setelah kamu dan Keyra bercerai atau karena Viola hadir di antara kamu dan Keyra?" tanya Nadia penasaran.
"Astaghfirullah," desah Viola lirih. Dia sungguh tidak menyangka jika sahabat lama suaminya itu bisa berpikir seperti itu tentang Al.
Sedangkan Al mengeratkan genggaman tangannya di tangan Viola. "Empat tahun yang lalu..... Raraku dipanggil sang Pencipta. Dia terlalu baik..... dan Tuhan menginginkan dia kembali ke sisiNya..... untuk tinggal di surgaNya."
Nadia mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. "A... apa?"
Kedua mata Al berkaca-kaca. Dia menengadahkan wajahnya, menghalau agar buliran bening itu tak jatuh. Viola beralih menggenggam tangan Al, mencoba menyalurkan kekuatan dan semangat pada sang suami.
Keheningan menyelimuti mereka cukup lama. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Nadia pikir saat dia menginjakkan kakinya kembali ke Jakarta, dia bisa memperbaiki hubungannya dengan semua sahabat lamanya, termasuk juga dengan Rara. Tapi ternyata takdir memberinya kejutan tak terduga.
Nadia menghela napas panjang. "Keyra memang perempuan yang baik dan luar biasa. Dan Tuhan selalu memanggil orang baik begitu cepat. Aku turut berduka atas kepergian Keyra, Al. Aku tahu kamu sangat mencintainya..... Kamu pasti merasa sangat kehilangannya..... dan sepertinya masih sampai sekarang."
Al mengangguk. "Terima kasih, Nad."
Nadia menatap Al dan Viola bergantian. "Aku harap aku masih bisa bertemu dan berkumpul dengan kalian lagi..... juga sahabat yang lain..... jika kalian gak keberatan."
"Tentu saja gak keberatan, Mbak. Sahabat Mas Alfian yang lain pasti senang bertemu dengan Mbak Nadia kembali," balas Viola.
"Iya, Nad. Nomor ponsel kami semua masih yang dulu kok," ucap Al.
"Aku kehilangan ponselku, Al..... Aku gak hafal nomor kalian, karena itu aku putus kontak dengan kalian semua," tutur Nadia.
Al lalu mengambil ponselnya, mengutak-atiknya sebentar, kemudian menyodorkannya pada Nadia. "Masukkan nomormu."
Nadia meraih ponsel Al dan mengetikkan nomornya. Setelah berhasil tersimpan, dia mengembalikan ponsel Al. "Apa mereka semua masih mau berteman denganku?"
"Tentu aja. Hal buruk di masa lalu gak perlu di ingat lagi. Kita udah sama-sama dewasa sekarang," sahut Al.
Dan perbincangan mereka pun terus berlanjut sembari menyantap makanan pesanan mereka. Nadia yang banyak bertanya tentang kabar para sahabat lamanya pun dijawab antusias oleh Al. Dan pria itu selalu berusaha membawa Viola untuk ikut masuk ke obrolannya dengan Viola. Al tidak ingin Viola merasa asing di tengah-tengah perbincangannya dengan Nadia.
"Udahan makannya, La?" tanya Al saat melihat Viola mendorong piringnya sedikit menjauh.
"Udah, Mas..... udah kenyang," jawab Viola.
Al menarik selembar tisu lalu membersihkan sudut bibir Viola. Interaksi mereka tak lepas dari pandangan Nadia. Terbersit sedikit rasa iri di hati Nadia. Dulu, Al juga selalu memperlakukannya dengan manis seperti itu.
"Andai saja aku berada di dekat Al saat Keyra gak ada..... mungkin kami bisa kembali dekat setelahnya. Aku udah mengikhlaskan Al bersama Keyra, tapi ternyata sekarang Al justru bersama dengan perempuan lain," batin Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Kedua (END)
General Fiction{18+}..... ***》SEKUEL dari cerita KITA Bulir keringat dingin tampak membasahi wajah itu. Raut kegelisahan yang terpancar dari wajah yang masih terlelap itu, menunjukkan bahwa dia mengalami mimpi buruk. Dengan sedikit napas terengah, dia tersentak ba...