*》Lima Belas

2.9K 183 1
                                    

Tiga bulan sudah Al mengikat Viola dalam hubungan pernikahan. Pria itu memperlakukan Viola dengan baik, terlepas dari kewajiban antar suami istri yang belum mereka lakukan. Al sudah berusaha membiasakan diri dengan Viola, agar suatu hari nanti saat dia melakukan kewajiban yang seutuhnya, dia bisa melihat Viola sebagai Viola. Perempuan itu sudah begitu baik dan menurut padanya. Al tidak ingin menganggap Viola sebagai Rara saat dia melakukan kewajibannya nanti.

Tapi meskipun hubungan keduanya tampak hangat, itu hanya terjadi saat di rumah. Selama tiga bulan ini Al belum pernah mengajak Viola untuk pergi keluar berdua, kecuali ke makam Rara. Al hanya merasa belum siap untuk memperkenalkan Viola sebagai istrinya. Karena sampai kini, belum pernah sekali pun Al menyebut Viola dengan kata "istriku". Berbeda dengan setiap kali Al menyebut nama Rara, pria itu sering menyelipkan kata "istriku" pada Rara.

Viola tentu menyadari itu. Tapi dia adalah perempuan yang bisa bersikap dewasa. Dia tidak ingin mempermasalahkan hal-hal yang bisa mengganggu kenyamanan mereka. Dia sudah cukup senang karena Al sudah berusaha membuka diri padanya. Viola tahu, sampai kapan pun suaminya itu pasti akan tetap selalu mencintai Rara dengan begitu dalam. Viola sudah merasa bersyukur karena dia bisa menjadi teman hidup untuk Al.

Tentang rasa, sebenarnya sejak dia mendengar Al selesai mengucapkan ijab qabul dengan Om Jaya, hati Viola sudah bergetar untuk Al. Viola sudah memasrahkan hati, jiwa dan raganya pada pria itu. Hingga semakin hari, rasa itu semakin tumbuh dan semakin kuat. Viola pun tak bisa lagi mengelak saat dadanya berdebar hebat hanya dengan ditatap saja oleh sang suami. Viola mengakui kalau dirinya sudah jatuh cinta pada suaminya itu.

Seperti sekarang ini, Viola tampak tersenyum sendiri saat menunggu rekan perawatnya yang akan menggantikan shifnya. Waktu hampir menunjukkan pukul lima sore dan itu adalah berakhirnya jam kerjanya. Aneh memang, tapi mau bagaimana lagi. Saat masuk kerja kembali pasca cuti pernikahannya, Viola mendapat surat pemberitahuan perubahan jam kerja. Dia bekerja dari hari Senin sampai Sabtu, mulai pukul setengah delapan pagi hingga pukul setengah lima sore. Tak perlu bertanya ke siapa pun, Viola bisa menebak kalau itu pasti permintaan sang Mama mertua pada Om Raffi selaku pemilik Rumah Sakit.

"Kenapa tersenyum sendiri, Vi? Kamu sehat kan?" tanya Mila, rekan sesama perawat sekaligus sahabat Viola.

Viola hanya menggeleng, lalu tersenyum pada Mila. Tidak mungkin kan dia menceritakan momen yang terjadi padanya dan Al?

Saat mandi tadi pagi, suaminya itu lupa membawa pakaian ganti ke kamar mandi seperti biasa. Alhasil, Al keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk di bagian pinggang ke bawah. Dan Viola yang tak sengaja melihat tubuh Al bagian atas, hanya bisa terdiam memandangi dengan tak tahu malunya. Pantas saja dirinya merasa nyaman saat terbangun dalam posisi tidur bersandar pada dada suaminya. Ternyata dada pria itu bidang dan mengagumkan. Hingga panggilan Al padanya membuyarkan pikirannya. Dia sangat malu karena tertangkap basah memandangi tubuh atletis suaminya.

"Ya udah deh kalau gak mau cerita. Udah waktunya kamu pulang..... udah jam setengah lima lebih," ucap Mila.

"Oke deh, Mil..... selamat bekerja. Aku pergi dulu ya," balas Viola.

"Gak langsung pulang?" tanya Mila.

"Aku mau mampir belanja dulu sebentar," jawab Viola.

Setelah merapikan isi tasnya, Viola pun melangkahkan kaki keluar dari Rumah Sakit. Dia menemukan ojek online yang tadi dipesannya sudah datang, jadi dia pun bergegas meminta sang ojek untuk mengantarkannya ke mall.

Tanpa sepengetahuan Viola, saat motor yang dinaikinya berbelok masuk ke pelataran mall, Al yang sedang mengendarai mobilnya berlawanan arah dengan Viola, melihat sosok perempuan itu. Al hanya melihatnya sebentar karena dia pun harus membelokkan mobilnya ke restoran di seberang jalan depan mall.

Jodoh Kedua (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang