Chap 23

6.2K 648 257
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi 1 jam yang lalu. Tidak terasa waktu berjalan cepat tidak seperti biasanya terlihat dari langit yang perlahan berubah warna menjadi gelap. Jisung berdiri di samping pohon yang biasa menemaninya menunggu six brother's di parkiran sembari membawa pohon itu berbincang.

Shotaro sudah pulang lebih dulu. Awalnya ia bersikeras ingin mengantar Jisung pulang tetapi Jisung menolaknya karena menerima pesan dari Chenle untuk menunggu mereka pulang.  Saat menerima pesan itu Jisung jelas terkejut. Setahunya ia tidak pernah memberikan no. Ponselnya pada six brother's, lalu darimana Chenle bisa mendapatkan no. Ponselnya?

Namun keraguan itu berusaha ia tepis dengan tetap berpikir positif mungkin saja ia pernah memberikan no. Ponselnya hanya saja ia lupa kapan itu terjadi. Ya, tetap berpikir positif itu lebih baik daripada memikirkan hal aneh yang lain. Bagi Jisung yang mempunyai trauma dengan masa lalunya, ia harus bisa berpikir positif agar ia merasa aman karena kalau tidak traumanya akan semakin parah dan itu akan sangat berpengaruh pada psikisnya.

1 jam 30 menit menunggu akhirnya yang di tunggu datang juga. Six brother's sedang melangkah mendekat kearah Jisung sembari tersenyum lebar sampai-sampai Jisung takut kalau-kalau bibir keenam kakaknya itu robek karena tersenyum terlalu lebar.

"Maaf membuat adek lama menunggu, gurunya anj*ng sekali tiba-tiba membuat ulangan dadakan" kesal Renjun.

Jisung mengangguk. Sudah satu bulan ia tinggal dengan six brother's dan ia sudah terbiasa dengan kata-kata mutiara yang keluar dari mulut six brother's terlebih lagi Renjun dan Haechan.

Setelah semuanya masuk kedalam mobil barulah Mark menjalankan mobilnya dan melaju meninggalkan area sekolah.

"Kak Mark, bagaimana keadaan ayah dan bunda?" tanya Jisung dengan manik yang menatap lurus kearah jalanan.

Mark menghela napas panjang. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan Jisung melainkan menoleh sebentar untuk melihat Jisung.

"Ayah dan bunda masih kritis. Dokter mengatakan mereka mengalami pendarahan yang banyak akibat kecelakaan itu" tangan Mark yang satunya menggenggam tangan Jisung dan itu membuat kelima saudaranya yang duduk di kursi belakang menatap Mark datar.

'Untung saudara!' batin six brother's minus Mark.

"Ayah dan bunda akan segera sembuh dan kembali kemari" sambung Mark.

"Dan saat itu tiba kita akan segera berkumpul kembali" ucap Haechan dan mencubit keras lengan Mark yang membuatnya melepaskan genggaman tangannya pada Jisung.

"Ini" Chenle menyerahkan sebuah buku diary pada Jisung.

Jisung menoleh dan terkejut saat melihat buku diary nya ada dengan Chenle "dimana kak Chenle mendapatkannya?"

"Jatuh di bawah meja di ruang tamu. Kakak mendapatkan no. Ponsel adek dari buku diary itu"

Jisung mengangguk "terimakasih kak, adek kira bukunya sudah hilang tadi. Lelah adek mencarinya 2 malam ini"

"Setelah kami membaca buku diary adek, ternyata hidup adek datar sekali. Tidak pernah jatuh cinta ya?" Renjun tersenyum smirk "itu hati apa batu?"

Jisung tersenyum tipis "adek tidak punya alasan untuk jatuh cinta sekarang" ucapnya kemudian mengubah posisinya seperti semula dan menatap lurus ke arah jalanan.

Six brother's saling bertukar pandang terkecuali Mark karena ia sedang fokus menyetir. Suasana di dalam mobil mendadak hening setelah Jisung berucap demikian. Semuanya larut dalam pikirannya masing-masing.

*****

Mark menghentikan mobilnya saat sudah memasuki pekarangan rumah mereka. Satu persatu turun dari mobil bergantian dan melangkah masuk kedalam rumah. Jisung memimpin di depan sedang six brother's memilih untuk mengikuti nya di belakang.

Eres Mío🔞 [END] ✅✅✅Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon