Chap 42

3.8K 382 28
                                    

"Ini menjadi semakin sulit karena Arabella telah dibunuh, kita akan kekurangan bukti" Jae Seok berucap.

"Jaemin sudah memperkirakan orang-orang yang dianggap beban dan memusnahkan mereka. Aku heran kenapa ada orang yang punya otak secerdas itu" Kwang Soo berucap sekaligus kagum pada jalan pikiran Jaemin.

"Jangankan kalian, aku sebagai ayah nya tidak percaya mendengar nya. Ini sungguh bertolak belakang dengan pribadinya yang sering ia tunjukkan. Anak itu sangat manja jika dirumah dan kadang akan berulah seperti orang gila tergantung moodnya dia bahkan jarang mengeluarkan pendapatnya dan sangat malas untuk membawa otaknya berpikir. Dan saat mendengar ini, aku sungguh tidak percaya dia adalah otak bagi saudara-saudara nya" ucap Jaehyun.

"Setiap orang sebenarnya punya karakter manipulatif hanya saja tergantung bagaimana dia mengembangkan nya. Dan Jaemin sudah ditahap sempurna untuk itu. Dia bisa mempengaruhi, dia bisa menipu, dia bisa membuat saudara-saudaranya tunduk padanya. Dia memang tidak banyak bertindak tetapi sebagian besar semua ini terjadi adalah karena idenya, itu adalah kemampuan yang hanya dilakukan oleh orang tertentu saja" ucap Jae Seok.

Jaehyun terdiam. Ada penyesalan di dalam dirinya sekarang. Seandainya saja Jaehyun dan Taeyong lebih meluangkan banyak waktu untuk anak-anaknya saat mereka masih kecil. Jaehyun yakin anak-anaknya itu tidak akan melakukan hal seperti ini.

Brakkkk!

Semua orang mengalihkan perhatian pada pintu masuk yang baru saja dibuka kasar. Taeyong melangkah masuk lalu memberikan sebuah diary pada Jae Seok.

"Taeyong, ada ap--"

"Ini memang berat untuk ku. Tetapi hanya ini yang terbaik. Sudah cukup semua tindakan yang telah mereka lakukan, sebagai seorang ibu aku harus mengakhiri semuanya"

"Tante...."

Taeyong tersenyum tipis, menatap Karina yang juga tengah menatapnya. "Aku memang menyayangi putraku tetapi Jisung juga harus mendapatkan keadilannya"

"Sayang--"

"Jaehyun, dengarkan aku. Ini semua demi si bungsu. Aku akan membantu sebisaku agar Jisung bisa kembali padaku. Dia berhak untuk bahagia" Taeyong tersenyum tipis. Menghapus air matanya yang membasahi pipinya sedari tadi.

"Ku mohon temukan Jisung untukku sebelum anak-anak ku melakukan yang lebih parah dari ini"

"Kami berjanji akan melakukan yang terbaik. Terimakasih sudah menjadi ibu yang kuat, Taeyong" Jae Seok menepuk pundak Taeyong. Jae Seok tahu ini membuat Taeyong sangat terluka tetapi keberaniannya dalam mengambil keputusan tidak semua orang dapat melakukan itu.

"Aku melakukannya untuk Jisung. Untuk menebus semua kesalahan yang telah enam putraku lakukan. Jika memang yang terbaik adalah dengan memenjarakan mereka.......maka lakukanlah itu"










Jisung membuka kelopak matanya saat sinar matahari masuk menembus jendela kamarnya. Ia melangkah keluar kamarnya dan berjalan ke luar rumah untuk menghirup udara segar sekaligus untuk menenangkan pikirannya.

"Semalam tidur nyenyak?"

Jisung menganggukkan kepalanya lucu, membuat Billie tersenyum gemas. Ia membawa Jisung untuk kembali masuk ke dalam rumah dan membuatnya sarapan pagi.

"Kak Billie habis darimana?"

"Lari pagi sebentar agar otot-otot tidak kaku sehingga bisa menghajar keenam kakakmu itu" Billie tertawa diakhir kalimatnya membuat Jisung tersenyum kecil.

"Jangan pernah percaya dengan cinta Jisung. Cinta itu menyakitkan bagai sebilah pisau yang menembus jantung, memporak-porandakan hati, sehingga kau tidak bisa berpikir jernih"

Eres Mío🔞 [END] ✅✅✅Where stories live. Discover now