Infinity Love 18

69 27 14
                                    

Kini, sepulang acara pentas seni dari sekolah, seperti biasa Arvin pulang menaiki busway sendirian.

Jujur, sebenarnya Arvin begitu merindukan Adam yang memboncengnya lalu mengantar jemputnya. Bukan karena Arvin senang menumpang, namun ia senang dengan vibes yang ia rasakan bersama Adam.

Adam merupakan teman yang asik. Dan oleh karenanya mungkin pengikutnya di sosmed begitu banyak karena ada banyak orang yang ingin berteman dengannya.

Teman memang adalah segalanya. Namun Arvin rela kehilangan semua itu hanya karena Elma.

Namun serius, Elma begitu important baginya. Elma merupakan prioritasnya meski Elma tidak pernah mempedulikannya sama sekali.

Kadang ia bertanya sesekali pada hatinya. Untuk apa ia menyukai Elma? Apa alasan Allah memberikan rasa ini padanya? Arvin juga tidak tau.

Namun tentu Arvin tetap mempertahankan nya karena ia tau bahwa terkadang rencana Allah lebih indah dari rencana nya.

Arvin yang tadinya menyimpan tasnya didepan pun kini kembali menggendongnya saat ia sudah sampai pada halte yang dekat dengan apartemennya. 

Dan setelah Arvin membayar dengan kartu tap-nya, ia pun turun dan langsung berlari menghampiri kerumunan orang yang hendak menyebrang. Entah kenapa saat Arvin menyebrang, mood-nya mendadak naik.

Rasanya ia tiba-tiba bahagia dan ingin cepat-cepat sampai ke kamarnya. Entah kenapa, padahal di apartemennya Arvin tak memiliki makanan enak atau buku baru.

Mengeluarkan kartu apartemennya, Arvin pun langsung men-tapnya di lift dan langsung mengarah ke lantai tempat kamarnya berada di lantai 8.

Entah kenapa ini mood-nya tidak berubah. Tetap saja sama seperti saat Arvin menyebrang tadi.

Lift pun terbuka di lantai 8 dan Arvin pun langsung keluar lalu berjalan menuju kamarnya. Dari kejauhan ia melihat ada sekitar tiga orang yang berdiri di depan kamarnya.

Memperjelas matanya yang rabun jauh, Arvin yang tadinya berjalan itu pun langsung merubah langkah kakinya menjadi lebih cepat ia mulai mengenali tiga orang itu. Arvin ingin memnangis rasanya.

Bagaimana tidak Arvin tak senang karena itu adalah ayah, ibu dan adiknya.

Saat sampai, Arvin pun langsung memeluk satu orang dari mereka yang ternyata adalah adalah adiknya.

Arvin pun mengusap kepala adiknya yang menggunakan kerudung itu pun saat gadis yang berbeda 3 tahun darinya itu memeluknya dan menangis.

"Udah ih jangan nangissssss." Ujar Arvin pada adiknya.

Bukannya apa-apa, Arvin juga jadi ingin menangis dibuatnya, Tentu mungkin ketiga anggota keluarganya ini tau bahwa Arvin merupakan seseorang yang melankolis.

"Kalian kapan dateng?" Tanya Arvin.

"Baru aja kok a. Kita tanya dulu ke resepsionis tadi dan ternyata kamu ada di lantai 8 blok B2 nomor 7." Jawab ayahnya dengan bangga dan percaya diri.

Tentu ayahnya merasa bahwa ia hanyalah orang biasa dan kini ia begitu terkesan dan bangga saat anaknya tinggal di apartemen semewah ini.

"Ayo masuk yukkk." Ajak Arvin saat ia membuka pintu apartemnnya dan membiarkan keluarganya masuk.

Saat masuk, mereka bertiga pun langsung berpencar untuk melihat-lihat apa saja yang ada disini. Mereka benar-benar kagum dan terkesan saat melihat fasilitas disini.

"Wah aa! Kasurnya enak banget ihhh." Ujar adiknya.

"Ihhh ada mesin cuci sama AC juga ya a?" Tanya ayahnya.

Infinity Love [TaeRin]Where stories live. Discover now