Infinity Love 30

105 24 21
                                    

"Udah ah el."

"Udah aja?" Tanya Elma.

"Iya."

"Kenapa udah?"

Arvin tak menjawab dan memilih untuk membenarkan celananya lalu mengambil posisi tidur membelakangi Elma.

Dibalik selimutnya, Elma pun ikut membenarkan celananya dengan cepat lalu mendekatkan posisinya pada Arvin.

Arvin pintar, Arvin sadar dan Arvin memiliki akal sehat. Ia pasti merasa bersalah karena sudah melakukan hal ini karena tau ini merupakan perbuatan yang salah.

"Arvin?" Panggil Elma.

"Sana." Usir Arvin.

"Sini liat dulu ke gue."

"Sana ih."

"Gue mau ngomong bentar."

"Gue bilang sana ya sana!" Bentak Arvin keras dan dengan nada yang ingin menangis.

Memang sebagian orang tak akan menyadari jika Arvin hendak menangis. Namun bagi orang seperti Elma, tentu ia mengetahuinya.

Dan karena Arvin tak mau membalikkan tubuhnya dan malah menutupi wajahnya dengan selimut, mau tak mau Elma harus melakukan sesuatu dan membujuk Arvin.

Elma pun menyimpan tangannya di pundak Arvin namun dengan cepat cowok itu pun menepis tangan Elma dengan kasar.

"Sana!" Usir Arvin.

Namun Elma tidak bergeming saat Arvin membentaknya atau bagaimana. Arvin sedang emosi dan tidak terkontrol.

Oleh karenanya Elma sengaja diam dan tidak melakukan apa-apa sejenak agar Arvin merasa tenang.

Dan setelah terdiam beberapa saat, Elma melihat tubuh Arvin yang bergetar. Tanpa bertanya, Elma tau bahwa pria ini menangis.

Dengan perlahan, Elma pun menyentuh lengan Arvin yang tertutup dengan selimut itu dengan perlahan lalu mendekatkan kepalanya pada Arvin agar ia mudah untuk berbicara meski Arvin membelakanginya.

Elma sebenarnya sangat ingin bersorak ria karena rencana berhasil. Padahal ia tak terlalu memaksa Arvin namun Arvin dengan mudah masuk perangkapnya.

Arvin ternyata tipe pria yang mudah terpancing dan birahi. Bahkan tadi Arvin meminta lagi dan akhirnya mereka pun mencoba dua kali sebelum akhirnya Arvin kalut dan menangis.

Meski sebenarnya niatnya jahat, namun tentu Elma masih memiliki hati saat melihat Arvin menangis. Ia paham apa yang Arvin tangisi tanpa harus bertanya.

Tinggal sekitar satu minggu disini, Elma paham bagaimana lingkungan, keluarga dan perasaan Arvin yang sebenarnya. Pasti yang dipikirkan Arvin saat ini adalah perasaan keluarga nya dan juga rasa bersalahnya karena telah merusak seorang wanita.

Padahal sebenarnya Arvin tak merusak apa-apa. Elma memang sudah tak perawan. Syukur Arvin tidak melihat karena mereka bermain di balik selimut.

Dan tadi, Elma begitu ingat dengan jelas bahwa Arvin pun menikmati permainannya ini. Ini bukan hal sulit saat Elma akan menuduhnya nanti karena Elma tidak memaksa Arvin.

Lagian, Elma sudah tahu sifat Arvin. Ia akan memberikan semuanya pada seseorang yang dicintainya. Ya itu tentu saja seseorang itu adalah Elma.

"Vin? Udah gapapa." Ujar Elma pelan-pelan pada Arvin bahkan ia berbisik.

"Udah jangan nangis." Sambungnya lagi.

"Elu gak salah kok. Ini salah gue. Maaf bikin lu jadi kepancing. Gue gapapa kok. Beneran gue gapapa. Malahan gue seneng karena lu mau seneng-seneng sama gue." Ujar Elma.

Infinity Love [TaeRin]Where stories live. Discover now