2. I'm Avajaya

70 78 59
                                    

Udah vote blum?, gua tungguin nih.

.

Sorak-sorak orang-orang di lapangan menyemangati murid yang tengah bermain sepak bola. Sorakan yang kencang itu, membuat beberapa murid dari kelas lain penasaran. Tak terkecuali dengan Naya, yang memandangi lapangan dari atas. Ia mencari keberadaan Jay, biasanya musuhnya itu sudah berada ditengah-tengah. Menyita perhatian orang-orang karena permainannya. Namun sekarang, batang idungnya pun tak kelihatan sama sekali.

"Jay mana Pul?"
Tanya seorang lelaki bernama Bima, pada temannya Saypul.

"Gatau, dari tadi belum kesini. Daren juga lagi nyariin tu anak"
Jawab Saypul yang dibalas anggukan dari Bima.

Tak lama, terlihat dari kejauhan sesosok manusia yang tengah berjalan dengan raut wajahnya yang gusar. Jay berjalan tanpa perduli siapa didepannya, membuat orang disekitarnya mau tak mau mengalah agar tidak  ditabrak olehnya.

"Woi Jay, darimana aja lu?"
Tanya Bima.

"Lo liat sepatu gue nggak?"
Sela Jay dengan raut wajah yang terlihat sangat bingung.

Bima menggeleng, bersamaan dengan Saypul.
"Lah mana gue tau, bukannya lo biasa taro dikolong meja?"

"Sepatu gue ilang, dikolong meja enggak ada. Cuma kaos kaki doang satu biji"
Tukas Jay sambil memperlihatkan kaos kakinya yang hanya satu.

"Lah, ngapa bisa gitu Jay. Lagian si lo sepatu bukannya dipake, malah di taro doang. Mana sembarangan"
Cetus Bima dengan kelakuan temannya itu.

Jay memang tidak suka memakai sepatu, biasanya ia melepasnya dan membuangnya ke sembarang arah. Kalau bukan Bima yang selalu mengingatkan Jay agar menyimpan sepatunya, mungkin sudah banyak sepatu Jay yang berceceran dimana-mana. Jay benar-benar santai dan tak tau aturan. Pernah ia meninggalkan sepatunya diruang BK, dan lebih parah lagi ia pernah tidak mengenakan sepatu kesekolah. Dengan alasan "Kaki saya gasuka sepatu".

"Coba inget-inget lo taro dimana terakhir"
Kata Saypul yang langsung dibalas gelengan "Gatau Pul, gue lupa."

"Terus gimana dong? Kita udah seri nih, 1:1"

Mendengar itu, Jay langsung berlari menuju salah satu kelas yang berada disekitar sana. Dan meminjam sepatu pada salah satu anak yang berada disana, untungnya kelas itu belum ada sang guru. Lelaki itupun langsung membuka sepatunya, dan memberinya pada Jay. Dengan tergesa-gesa Jay memakainya.

"Thank bro"

"Santai aje Jay"

Jay mulai memasuki lapangan, dan memegang permainan. Naya yang melihat itu lantas tersenyum penuh kebusukan. Ya, itu memang ulah Queenaya sebagai bentuk balas dendam. Setelah puas melihat wajah kebingungan Avajaya, Naya lantas segera memasuki kelasnya. Bisa-bisa nanti ia kena hukuman lagi.

Sedangkan Daren? Ia sedang asik duduk di kantin. Melupakan tugasnya untuk mencari keberadaan Jay.  Toh ia pikir Jay juga pasti tidak mau melewati pertandingan ini, walaupun pertandingan sesama teman sekelasnya.

Pukul 12.30 bel berbunyi, kebebasan abadi untuk anak-anak yang sudah terlihat seperti zombie. Terlihat lebay, ya memang lebay. Murid perempuan dengan perlahan keluar dari kelas, berbeda dengan laki-laki yang gasrak gusruk agar cepat keluar dari sekolah. Sama seperti yang kini dilakukan Jay dan ketiga temannya.

"Jay sepatu lo udah ketemu?"
Ujar Daren sambil menenteng tasnya.

"Belom"
Singkat Jay.

"Cari oon, diomelin emak lo entar"
Ucap Bima.

"Biarin aja, gue punya banyak sepatu"

"Orang kaya beda Bim"
Lirih Saypul sambil tertawa.

Bima hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan temannya itu. Ia sangat menganggap enteng apapun yang ada didalam hidupnya. Sudah beberapa kali Bima menyadarkan dirinya, namun nyatanya setan didalam diri Jay sangat kuat.

Selangkah lagi sebelum keluar dari kelas, Jay membalikkan badannya. Dan memberi tahu ke tiga temannya "Eh ya, ntar malem jangan lupa kumpul. Jangan ada yang ngaret".

"Lo yang tukang ngaret kampret"
Balas Daren. Memang sejatinya Jay tukang ngaret, dia yang buat janji dia yang telat bahkan juga suka membatalkannya secara sepihak.

Queenaya mengeluarkan motornya perlahan dari parkiran, lalu menyalakan mesin. "Ayo Va naik" Ucap Naya pada gadis berambut pendek bernama Zeva.

"Eh eh Nay, liat tuh Avajaya udah keluar"
Ungkap Ziva sambil menepuk-nepuk tangan Naya.

Naya tersenyum penuh kejahatan. Ia sengaja tak menjalankan motornya, dan memilih diam membuat Jay menatapnya aneh. Setelah sudah memastikan Jay melewatinya, Naya pun segera menjalankan motornya. Sebelum keluar dari gerbang, Naya kembali melirik kearah Jay. Dan berkata "Sepatu lo bau" dengan sedikit berteriak.

Jay yang mendengar itu hanya menganggapnya angin lalu, namun sedetik kemudian ia kembali berada dalam emosi setelah melihat sepatunya yang terikat di stang motor KLX nya itu. Ternyata Naya yang membuat ulah, sepertinya ini bentuk balas dendam untuknya. Dengan cepat Jay melepaskan sepatunya, dan memasukkannya kedalam tas.

Teman-temannya itu hanya bersikap biasa, ia sudah tau bahwa kedua orang itu sangat suka membuat masalah. Entah Jay yang memulai duluan, atau Naya yang memulai. Ujung-ujungnya mereka juga yang direpotkan.

"Bangsat!"
Teriak Jay emosi.

Ia kesal dengan Naya, karna ulah Naya membuat timnya sampai membuat seri dalam pertandingan tadi. Jika kalian tahu, Jay sangat tak suka seri. Seri aja tak mau apalagi kalah. Kalau bukan karena ia mencari-cari sepatunya ia tidak mau membuang-buang waktunya itu. Namun bermain bola tanpa sepatu itu tidak enak, bisa membuat kakinya lecet. Dan itupun berlaku untuk permainan seperti basket dan lainnya lainnya.

.

Vote oke?
Gua maksa nih:v

QnA : Musuh Jadi CanduWhere stories live. Discover now