3. Tawuran

62 62 33
                                    

Pun10 qaqa
Yuk Vote cerita inich
Gun maksa nih:v
.

11.47

Malam yang seharusnya sudah mulai tenang karena hampir tengah malam. Tidak membuat orang-orang yang  hendak tawuran itu diam. Avajaya Saputra, dengan jaket jersey basket berwarna hitam kebanggan nya. Tengah gagah memegang katana ditangannya, berjalan dengan santai kehadapan lawan yang
menunggunya didepan sana. Jay berjalan dibarisan paling depan, dengan beberapa kapten dari gang gabungan.

Mereka memblokir jalan, padahal masih ada kendaraan berlalu lalang, mereka tidak takut dengan polisi atau semacamnya. Ia hanya takut akan kalah, dan jadi olok-olokan musuhnya. Terlihat egois, hanya mementingkan kemenangan tanpa memikirkan keselamatan. Tapi itulah Avajaya Saputra, ketua dari gang Evillish. Gang pembuat onar, yang sangat menyusahkan.

"Woi bangsat maju lo anjing!"
Teriak Viko, ketua dari gang Evaz. Ia memang dikenal dengan mulutnya yang  besar dan kasar.

"Gaya lo gausah tengil bacokan lo masih segede upil"
Balas Jay memandang Viko remeh. Membuat Viko berhasil tersulut amarah, ia pun berlari menuju Jay dengan celurit tajam yang terlihat biasa saja dimata Jay.

Jay pun tak mau kalah, ia berlari cepat dengan katana nya, disusul teman-teman lainnya yang juga ingin menikmati permainan ini. Bunyi bising kendaraan mulai tertutup dengan suara teriakan dari anak-anak yang kini terlihat sangat brutal. Sudah ada saja darah yang mengucur dari salah satu kepala. Beberapa warga ditempat kejadian, langsung menelfon petugas keamanan. Sedangkan Jay, masih bergulat dengan Viko yang sudah terkena sayatan dari katana nya.

"Woi polisi polisi"
Teriak warga.

Mereka mulai diam, dan segera berlari berhamburan tanpa arah. Semua terpencar, menyelamatkan dirinya masing-masing. Yang terluka parah hanya di geletakan begitu saja dijalan. Jay yang melihat itu langsung membopong musuhnya itu, ia hanya tak mau orang ini mati sia-sia.

"Bima bawa ni orang, gue yang nyetir"
Pinta Jay yang di anggukan Bima. Bima lantas segera membopong pria dengan darah yang mengucur disekitar kepalanya.

"Jay, dia anak mana? Kok lo bawa?"
Tanya Bima.

"Gatau anak mana, udah bawa aja. Kasian dia ditinggal mati, jadi gue bawa aja"
Sahut Jay.

Walaupun urak-urakan, Jay masih memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi. Namun memang sifat kerasnya saja yang lebih mendominasi dirinya, membuat orang-orang terfokuskan dengan dirinya adalah anak yang tidak benar. Tapi kenyataannya benar juga:v.

Beberapa gang lainnya berhasil ditangkap oleh polisi, beruntung jika Evillish berhasil menyelamatkan dirinya dari kejaran polisi. Jay sudah 2x tertangkap, dan ditahan beberapa hari karena saking jengah nya polisi. Ia tak mau tertangkap lagi, bisa-bisa ia tidak akan pernah keluar lagi.

.

"Duh, emang dasar anak-anak muda ya. Bukannya tidur malah pada buat masalah aja"
Ucap Gusti pada istrinya Yanti.

"Emang ada apa yah?"
Tanya Yanti sembari meletakan segelas teh hangat.

"Ada tawuran di daerah Gang Haji Salman. Jalanan sampai macet gara-gara itu, bubur kacang ijo ayah sampai dingin gara-gara itu"
Keluh Gusti memandangi Kacang hijau yang dibelinya sejak 1jam yang lalu.

"Terus gimana tuh yah, ada korban jiwa kah?"

"Banyak mah, itu pada dibawa ambulan. Pusing ayah liatnya"

Merasa penasaran, Queenaya mendekati orang tuanya itu, dan duduk diantara mereka. Pembahasan ini cukup seru, seru untuk dihujat.

"Terus gimana tuh yah, ada yang ketangkep polisi nggak?"
Seru Naya.

"Banyak juga tuh yang ketangkep polisi"

Naya mengangguk-angguk paham, sebenarnya ia sangat tak suka dengan yang namanya tawuran. Bagi Naya itu adalah hal yang sangat konyol dan kekanak-kanakan. Mereka sudah dewasa, sepatutnya bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Dan Naya selalu berharap, semoga orang yang ia sayangi tidak ada yang pernah mengikuti hal konyol itu.

"Kamu ngapain kak?"
Tanya Gusti sambil menepuk tangan Naya yang hendak mengambil roti bakar yang Gusti bawa.

"Bagi ya, ayah kan ganteng"

"Dasar kamu ini ya, udah sana naik kamu tidur. Udah mau jam setengah satu ni, kebiasaan ya!"
Lirih Gusti meninggi, Naya pun segera pergi dari sana dengan sepotong roti ditangan.

Setelah kepergian Naya, Gusti mengikis kan jarak dari Yanti sambil tersenyum. Yanti terkekeh kecil melihat kelakuan suaminya itu.

"Orang kita mau romantis romantisan ya Mah"
Kata Gusti yang dibalas cubitan maut. "Inget umur, udah ah mamah mau tidur duluan".

"Yah kok gitu mah, masa ayah ditinggal sendiri" Keluh Gusti memandangi Yanti yang semakin berjalan pergi menaiki tangga.

.

Disebuah rumah dengan hawa panas yang mendominasi atmosfer ruangan bernuansa putih abu-abu itu menjadi sangat mencekam. Kedua mata tajam itu menatap nyalang anak lelaki dengan penampilan acak-acakan. Anak itu hanya diam dengan nafas memburu, tak betah dengan tatapan mengintimidasi dari ayahnya itu.

"Apaan si liat liatin gitu, adek mau tidur nih!"
Cetus Avajaya pada lelaki yang biasa dipanggil Ayah. Agus namanya.

"Adek, jangan gitu ngomongnya sama ayah"
Sahut sang bunda dengan jilbab pink nya.

"Lagian adek capek nda, mau tidur"

"Iya bunda tau, tapi itu ayah mau ngomong sama kamu dek" Ucap Fatimah sambil menatap wajah anak dan ayah itu bergantian.

"Masih inget pulang kamu?"
Suara berat itu terdengar menjengkelkan bagi Jay.

"Masih inget rumah kah, masih inget punya keluarga kah?"
Tutur Agus berturut-turut.

"Gausah pulang aturan, main aja terus diluar. Kelayaban malem-malem, gatau waktu. Buat masalah sana-sini, itu kan kerjaan kamu!"
Agus meninggi, Fatimah lantas menenangkannya. "Sabar ayah".

"Udah berapa kali kamu begini Avajaya Saputra! Keterlaluan kamu. Gak kasihan kamu sama bunda?" Agus menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap tajam kearah anak bontotnya itu yang sangat susah diatur.

Jay hanya membungkam kan mulutnya, sambil melirik kanan-kiri mengabaikan ucapan sang ayah. Sejujurnya ia sudah sangat bosan dengan ucapan ayahnya itu.

"Dengar nggak kamu Avajaya!" Bentak sang ayah. "Sekali lagi kamu begini, motor kamu ayah jual. Nggak ada toleransi lagi, ayah sama bunda udah capek" Sambung Agus kemudian bangkit dari duduknya yang diikuti Fatimah.

"Camkan ucapan ayah!"
Ungkap Agus meninggalkan ruangan itu. Fatimah segera menyuruh Jay segera tidur "Adek sekarang tidur, jangan sampai ayah marah lagi".

"Iya bunda"
Singkat Jay berteriak sepeninggal bunda.

"Huft, untung gue taro katana gue di basecamp. Bisa abis kalo ketauan Pak Agus"
Ucap Jay dengan tenang.

Untung saja ia pintar, menaruh katana milik ayahnya itu di basecamp. Entahlah kalau ia bawa kerumah, sudah pasti tadi ayah nya akan semakin marah padanya. Dan terburuknya lagi, motornya itu akan benar-benar dijual oleh ayahnya. Untuk saat ini sepertinya ia harus mengikuti permainan ayahnya dulu, dan tidak begitu membuat banyak masalah. Bisa-bisa hitam kesayangannya dijual.

.

Siapa yang disini cita-citanya mau tawuran. Angkat kaki✋

Ikan hiu duduk diperahu, yg baca ai lop yu.

-Gun Gans.

QnA : Musuh Jadi CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang