41-Ternyata

1.3K 160 19
                                    

-•-•-•-

HAPPY READING

Fely termenung di kamarnya. Ia sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Perasaan anehnya selalu menghantui dirinya. Ia merasa bersalah tapi ia juga ingin tahu kebenarannya.

"Adara..."

"— Adelard."

Ia terus mengulang nama itu. Ada apa dengan Fely? kenapa hari ini ia sangat aneh?

"Apa gue pernah ketemu ya sama kak Adelard?"

"Ya gak tahu kok tanya saya," Jawab Nanda yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Kenapa lo tiba-tiba bahas kakaknya Adara? Suka?"

"Lemes banget mulut lo."

"Tanya doang,"

"Kenapa? cemburu?"

"Sok tau banget jadi orang, dah ah mau pulang gue"

"Husss sana-sana, bikin kuman lo dikamar gue"

"Sialan." Nanda membuka pintu dan kembali melihat Fely, "Gue sumpahin lo balikan sama andra!!"

"BANGSAT PERGI GAK LO!" Fely melempar bantalnya ke arah pintu dan Nanda lari dari sana.

"Huhhh tenang fely... tenang... ide lo bisa keluar pada saat lo tenang... huhhh" Titahnya untuk menenangkan diri.

Saat Fely sudah cukup lega, ia langsung mengambil handphonenya untuk menghubungi seseorang.

"Halo ra"

"..."

"Lo sibuk gak?"

"..."

"Syukur deh, oh iya ra, gue butuh bantuan lo"

"..."

"Gue belum ngerjain tugasnya pak ivan, ntar gue ajak ke toko buku buat cari bahan-bahannya, gimana lo bisa kan?"

"..."

"Okeyy deh sip, ntar gue jemput ya"

"..."

"Iya, jam empat sore."

"..."

"Okey ra, makasih yaa"

"..."

"Dahh"

Fely menutup telpon itu dan langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

"Adik gue yang cantik, mau kemana sih hm?" Tanya Adelard yang tiba-tiba datang.

Kakaknya disusul Ammar pun terpesona melihat menampilan Adara, ya walaupun ini bukan pertama kalinya. Tapi bagi mereka kali ini aura Adara benar-benar memancar. Simple but beautiful.

ARSENIO (ON GOING)Where stories live. Discover now